Gianyar, (Metrobali.com)

Menteri Kelautan Perikanan RI, Wahyu Sakti Trenggono, meluncurkan program Arnawa Maha Amreta- Laut Sumber Kehidupan, di Wantilan Asti Budaya,,Pura Payogan Agung Desa Adat Ketewel Gianyar, Minggu, 6/11/2022 . Dalam sambutannya, Menteri KKP mengingatkan pentingnya kesadaran bersama untuk menjaga laut secara berkelanjutan. “Sejarah peradaban Bali adalah sejarah peradaban air, dengan laut yang termasuk didalamnya. Laut merupakan sumber mata pencaharian sekaligus penyumbang oksigen bagi kita, karena itu perlu kita jaga dan kelola dengan baik, ” tegasnya.

Sebelumnya Ari Dwipayana,selaku Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, mengingatkan akan ancaman krisis iklim. Menurutnya, pesisir menjadi bagian yang sangat penting dimitigasi. Ekosistem pesisir mampu menyerap karbon tidak kalah besar dibandingkan hutan. Sekitar 50 sampai dengan 99 persen karbon yang diserap ekosistem pesisir, akan disimpan dalam kedalaman enam meter dibawah permukaan tanah, hingga ribuan tahun. Mengingat peran pentingnya tersebut, ekosistem pesisir bisa menjadi solusi adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim”, ungkap Ari.

Ari menjelaskan, ada tiga program besar yang akan dilaksanakan selama sepekan dari tanggal 6 sampai dengan 12 November 2022. Pertama, Jaladhi Prakreti, meliputi seminar dan pameran jejak pelabuhan kuno di Ketewel dan kearifan bahari masyarakat Bali, mareresik dan tandur taru urip di pesisir pantai desa Ketewel, serta pengelolaan sampah plastik dan pengolahan sampah organik.

Kedua, Guna Gina Bendega, meliputi lomba masak kuliner bahari, bimtek keterampilan nelayan, dan pelatihan pengembangan usaha olahan ikan dan yang ketiga, Ghurnita Samudra Murti, pertunjukan Orchestra Semesta, alunan melodi dan musik yang merespon semesta. Kolaborasi budaya sebagai peruwatan kesadaran untuk menjaga kesucian air dan laut.

Setelah peluncuran program, dilakukan seminar Jaladhi Prakreti, jejak pelabuhan kuno di desa Ketewel dan kearifan bahari masyarakat Bali. Hadir memberikan pidato kunci, Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI, Dr. Hilmar Farid. Seminar menghadirkan narasumber, Prof. Dr. Darma Putra selaku Ketua Tim Peneliti, Ida Pedanda Gede Wayahan Wanasari dari Grya Wanasari Sanur, Drs. Ida Bagus Sidemen, SU, sejarawan senior UNUD, Prof. Dr I Wayan Ardika, arkeolog UNUD dan Wayan Artana Tokoh Masyarakat Desa Ketewel, dan dipandu moderator Wayan Juniartha. (RED-MB)