marie-elka
Denpasar (Metrobali.com)-
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengatakan perlunya pengkajian ulang secara mendalam untuk mencari opsi lokasi lain pembangunan storage liquefied natural gas (LNG) yang rencananya dibangun di Pelabuhan Benoa.
 
Menparekraf mengatakan hal itu ketika dimintai pendapat tentang proyek LNG yang akan dibangun di pelabuhan wisata Benoa seusai bertemu dengan jajaran Bali Tourism Board di Hotel Westin, Nusa Dua, Jumat (26/9/2014) petang.
 
Menurut Mari, Bali harus tetap dijaga kelestarian lingkungan dan budayanya demi masa depan pariwisata, karena itu pembangunan harus tetap dijaga keseimbangannya, jangan sampai terjadi over kapasitas. “Jadi bagaimana kita tetap bisa menjaga lingkungan dan budaya dengan baik,” katanya.
 
Seperti diketahui, Pelabuhan Benoa memiliki konservasi hutan bakau yang harus dijaga keberadaannya. Terkait rencana proyek terminal penerima gas alam cair (LNG) di Pelabuhan Benoa oleh Kementerian ESDM, Mari meminta harus dipelajari lebih mendalam lagi.
 
Jika merujuk pada konsep pembangunan yang pernah digulirkan bersama, Pelabuhan Benoa akan dikembangkan sebagai pelabuhan kapal pesiar (cruise), sehingga diharapkan akan banyak didatangi kapal pesiar untuk menggaraihkan pariwisata Bali.
 
“Potensinya sangat besar, dalam tiga tahun ini telah tumbuh 2 kali lipat, pada 2016 ditargetkan 600.000 wisatawan dari cruise dan Benoa salah satu yang ditunggu-tunggu,” katanya.
 
Hanya saja, sampai saat ini, Mari belum melihat pengembangan pelabuhan Benoa seperti yang diharapkan. Kata dia untuk pengembangan pelabuhan harus dipertimbangkan kemungkinan masuknya aktivitas pembangunan lain yang tidak mengganggu pariwisata.
 
“Ini perlu disadari semua pihak. Kalau Pelabuhan Benoa jadi pelabuhan cruise tentu akan banyak lalu lintas kapal pesiar berukuran besar, bagaimana aspek keamanan? Apakah tidak terganggu jika ada proyek LNG di sekitarnya,” ungkapnya.
 
Disinggung soal layak tidaknya Pelabuhan Benoa dijadikan lokasi proyek LNG, Mari sekali lagi menegaskan dirinya tidak bisa menjawab karena bukan ahlinya. “Kalau pengembangan pariwisata dan ini (LNG) juga diprioritaskan, jangan sampai mengganggu apapun yang sudah menjadi keputusan,” katanya.
 
Prinsipnya, bagaimana pengembangan Pelabuhan Benoa seperti untuk proyek LNG, harus dilihat secara keseluruhan dari berbagai aspek dan demi kepentingan Bali ke depan.
 
Masalah LNG, mungkin untuk menjawab keperluan listrik di Bali yang akan dialihkan dari disel ke gas, namun tetap harus dipikirkan lebih matang.
 
“Bali ini besar, mungkin perlu dipelajari lagi, opsi-opsi lainnya untuk lokasi,” sambungnya.
 
Kalau lokasinya mau di Benoa dengan mempertimbangkan, kedekatan dengan pembangkit di Pesanggaran, tentunya aspek jarak dan keamanan LNG itu serta risiko seperti untuk kelestarian lingkungan sekitar harus menjadi diperhatikan,
 
Karenanya, Mari meminta studi ulang yang lebih komprehensif sebelum memutuskan lokasi proyek. Dia juga menekankan pentingnya masalah lngkungan sebagai daya dukung Bali. Apalagi, Benoa tak bisa dilepaskan dari aspek lingkungan dengan potensi alam hutan bakaunya. ES-MB