Gubernur Pastika saat membuka kegiatan Rapat koordinasi fasilitasi Pemilu Provinsi Bali, Senin

Oleh

Gubernur Bali Made Mangku Pastika

RPJMD Provinsi Bali sebagai landasan pembangunan daerah, dirumuskan dengan berpedoman pada pengalaman implementasi dan pencapaian pembangunan masa lalu, potensi, permasalahan dan tantangan saat ini, serta proyeksi pembangunan ke depan. Dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, program Bali Mandara berpijak pada lima pilar, yaitu: pro-growth, pro-poor, pro-job, pro-environment, dan pro-culture.

Pro-growth. Pertumbuhan ekonomi Bali yang terus meningkat dan berada di atas rata-rata nasional merupakan sebuah kemajuan nyata pembangunan saat ini. Bahkan pertumbuhan tersebut, akan didorong dengan upaya pemerataan di seluruh Bali, dan multiflier effect yang lebih meluas dari setiap sektor unggulan, melalui pembangunan beberapa infrastruktur strategis di Bali utara, Bali barat, dan Bali timur.

Pro-poor. Program pembangunan berpihak pada masyarakat miskin, dengan tujuan mengentaskan kemiskinan secara menyeluruh. Masyarakat miskin, karena mereka tidak punya rumah layak, lalu mereka sakit, karena tidak bisa berobat mereka tidak bisa bekerja, sehingga tidak punya penghasilan layak, tidak bisa menyekolahkan anak-anaknya, dan seterusnya. Rantai kemiskinan ini harus dipotong dengan berbagai program, seperti  Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), Bedah Rumah, Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri), beasiswa miskin, pendidikan kecakapan hidup, dan Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu).

Pro-job. Kemajuan pembangunan telah memberikan dampak perluasan lapangan kerja dan pengurangan pengangguran di Bali. Angka pengangguran di Bali saat ini sebesar 1,87% merupakan angka pengangguran terkecil di tanah air. Berbagai jenis pendidikan kecakapan hidup membuat masyarakat Bali siap bersaing merebut bahkan menciptakan pasar kerja sendiri.  Demikian pula dengan pembinaan UMKM secara lebih intensif, akan mendorong perkembangan ekonomi kerakyatan, sekaligus juga memperluas lapangan kerja. Sementara program Simantri terbukti telah mampu menarik minat masyarakat, termasuk generasi muda untuk bertani.

Pro-environment. Filosofi Tri Hita Karana harus tetap menjadi landasan pembangunan.  Penjabarannya antara lain melalui program prioritas Bali Green Province, yang bertujuan memelihara dan melestarikan lingkungan dan alam Bali. Sementara program Simantri bertujuan memajukan sektor pertanian dalam arti luas, meliputi pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan. Program ini mendorong produksi hasil pertanian lokal.

Pro-culture. Kebudayaan daerah yang adiluhung menjadi pilar perkembangan pariwisata budaya, sebagai salah satu sektor utama pembangunan daerah. Budaya yang bernafaskan agama Hindu dan berakar pada kehidupan agraris masyarakat menyebabkan Bali menjadi unik, sekaligus menjadi keunggulan dan daya tarik utama kemajuan pariwisata. Pemerintah Provinsi Bali memberikan perhatian serius pada upaya penggalian, pengembangan, dan pelestarian kebudayaan daerah, mulai dari perhatian dan pemberdayaan organisasi tradisional seperti desa pakraman, banjar, subak, dan sekaa-sekaa berikut parajuru-nya, sampai pada pelestarian unsur–unsur budaya lainnya, seperti Bahasa Bali, Kesenian dan upacara-upacara adat/agama.

Ada tiga kluster penanganan kemiskinan di Bali. Pertama, “memberikan ikan” kepada kelompok rumah tangga sangat miskin. Program ini seperti bedah rumah, JKBM, beasiswa miskin, bantuan sembako, dan perlindungan sosial lainnya. Kedua, “memberikan pancing” kepada kelompok rumah tangga miskin. Program ini misalnya pembentukan kelompok simantri, kelompok-kelompok usaha mikro kecil, program pendidikan kecakapan hidup, dan sejenisnya. Ketiga, “memberikan sampan” kepada kelompok rumah tangga hampir miskin.  Program ini meliputi pemberian modal usaha, penyediaan pasar, jaminan kredit, dan sejenisnya. Semua program ini sudah tercakup dalam RPJMD 2013-2018, bahkan sudah meningkat kualitas dan kuantitasnya dari periode sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi Bali yang terus meningkat dan berada di atas rata-rata nasional merupakan sebuah kemajuan nyata pembangunan saat ini. Bahkan pertumbuhan tersebut, akan diikuti dengan pemerataan di seluruh Bali, dan multiflier effect lebih meluas dari setiap sektor unggulan, melalui pembangunan beberapa infrastruktur strategis di Bali utara, Bali barat, dan Bali timur.

Secara substansial, program Bali Mandara adalah juga pemberdayaan masyarakat Bali, yang dilaksanakan secara simultan. Pemberdayaan masyarakat mengarah ke kemandirian. Kemandirian daerah tidak dapat dilepaskan dari potensi dan daya saing daerah. Bali yang mandiri adalah juga Bali yang mampu bersaing dalam tatanan global, , terutama yang terdekat adalah memasuki era AFTA 2015, mulai dari kualitas sumber daya manusia, kualitas produk-produk industri kecil dan barang/jasa lainnya,  sampai pada kualitas pariwisata daerah.

Kemajuan pembangunan Bali menjadi magnet bagi daerah lain untuk datang dan merebut pasar di Bali. Sudah sewajarnya pasar Bali dipenuhi oleh produk barang dari berbagai daerah di tanah air, mulai dari kebutuhan pangan, sandang dan papan, sampai pada barang-barang keperluan upacara agama. Demikian pula dalam bidang tenaga kerja, membanjirnya tenaga kerja sektor formal maupun informal dari luar Bali, menjadi ancaman serius bagi angkatan kerja lokal, sekaligus tantangan dalam upaya penanggulangan pengangguran. Perebutan sumber-sumber ekonomi di Bali,

RPJMD 2013-2018 adalah dokumen perencanaan pembangunan, yang implementasinya diarahkan pada pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan, dan pemberdayaan masyarakat, yang mandiri dan berdaya saing, sebagai cerminan masyarakat Bali yang maju, aman, damai, dan sejahtera.  (***)