Buleleng (Metrobali.com) –

Pulau Bali dihadapkan pada ancaman serius akibat krisis air tanah yang semakin memburuk.

Sebuah laporan terbaru menunjukkan bahwa dalam rentang waktu 2018 hingga 2021, tingkat air tanah di wilayah khususnya Bali Selatan hanya tersisa 3 kilometer dengan laut, menandakan penurunan yang signifikan dalam sumber daya air di pulau ini.

Menanggapi hal ini, Yayasan IDEP telah bekerja sama dengan Politeknik Negeri Bali (PNB), Yayasan Save Children Indonesia dan Pokdarwis Desa Munduk, Buleleng untuk meluncurkan program sumur imbuhan di Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali pada Jumat, 22 Maret 2024.

Sumur imbuhan telah menjadi fokus program dari Yayasan IDEP sejak tahun 2018, bekerja sama dengan Yayasan Save Children, dengan pembangunan lebih dari 60 sumur imbuhan di sembilan kabupaten di seluruh Bali.

Namun demikian, kebutuhan akan sumur imbuhan di Bali masih jauh dari ideal, dengan perkiraan perbandingan kebutuhan air tanah yang kurang lebih 1/10 dari sumber daya air yang tersedia. Secara keseluruhan, Bali membutuhkan sekitar 132 sumur imbuhan untuk memenuhi kebutuhan airnya.

I Putu Bawa Suadi, Program Senior Yayasan IDEP, menjelaskan bahwa sumur imbuhan dibangun dengan memanfaatkan air hujan di Desa Munduk, yang dikenal karena tingginya curah hujan di wilayah tersebut.

Sumur ini dirancang dengan kedalaman 32 meter dan dimensi permukaan 2 x 3 meter, dengan kapasitas penampungan air hujan mencapai 41 meter kubik per jam.

“Dengan kedalaman 32 meter, kami memastikan bahwa sumur ini mencapai muka air tanah di bawahnya,” kata Putu Subawa, Jumat 22 Maret 2024 di Buleleng, Bali.

Sumur imbuhan ini dilengkapi dengan sistem filtrasi menggunakan ijuk, arang, dan pasir, yang minim perawatan

Meskipun demikian, pembangunan sumur imbuhan bukanlah solusi langsung untuk kebutuhan air masyarakat setempat.

Sumur ini lebih difokuskan untuk mengisi kembali sumber daya air bawah tanah yang terus menurun akibat krisis air.

Muhammad Awal, Direktur IDEP, menegaskan bahwa Bali sudah mengalami krisis air yang serius, terutama di wilayah Sanur, Denpasar Selatan, dan Kuta.

Dengan indikasi penurunan tingkat air tanah yang signifikan, langkah konservasi air seperti pembangunan sumur imbuhan menjadi semakin penting bagi keberlanjutan pulau ini.

Dengan meluncurkan program sumur imbuhan di Desa Munduk, Yayasan IDEP dan mitra mereka berharap dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengatasi krisis air tanah yang melanda Bali, meskipun tantangan yang dihadapi masih besar.

Kendati demikian, langkah-langkah konservasi air seperti ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang berarti dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan sumber daya alam pulau ini untuk generasi mendatang.(Tri Prasetiyo)