Denpasar, (Metrobali.com)

Kontroversi yang menarik perhatian dunia, akibat pembatalan penyelenggaraan turnamen U20 oleh FIFA yang dipicu oleh surat Gubernur Koster ke Menag Olah Raga dan Pemuda, dapat mengingatkan kita arti penting kepemimpinan berbasis nilai, leadership based on values, sehingga pemimpin mampu menjalankan amanah publik.

Hal itu dikatakan pengamat publik Jro Gde Sudibya, Sabtu (01/]4/2023) menanggapi bulian netizen kepada Gubernur Bali Wayan Koster untuk segera mundur dari jabatan Gubernur Bali.

Dikatakan, nilai-nilai kepemimpinan yang antara lain bercirikan, konsisten, empati kepada kepentingan publik dan berani memgambil tanggung jawab (risk taking) terhadap keputusan yang diambil.

Dalam konteks keputusan di atas, kata Jro Gde Sudibya tampak nilai-nilai kepemimpinan yang bersangkutan dilanggar dan menimbulkan kemarahan publik (di media sosial) tidak saja di Bali, tetapi hampir pada seluruh masyarakat pencinta sepak bola di tanah air.

“Penolan tersebut menyebabkan, angka kerugian yang sangat besar, dari sisi nilai ekonomi nasional , image dan juga brand Bali sebagai DTW dunia,” katanya.

Lebih lanjut dikatakan, sekarang kita sama-sama merasakan mulai dari Presiden, pengurus PSSI, masyarakat penggemar sepak bola Indonesia dan seluruh mata rantai ekonomi yang berhubungan dengan kegiatan persepakbolaan, dampak dari model kepemimpinan yang mirip “jawara mabuk”, melanggar aturan birokrasi, tidak berempati pada kepentingan masyarakat luas, bersilat lidah mencari pembenaran (yang tidak benar) dari blunder keputusan yang telah diambil.

“Dari segi etika moral, terutama etika kebijakan publik, sudah semestinya Gubernur Koster secara kesatria, sebaiknya mengundurkan diri,” kata Jro Gde Sudibya. (Adi Putra)