Denpasar (Metrobali.com)-

Pagelaran PKB, diharapkan akan lebih banyak mengaktulisasikan isian dari temanya itu sendiri. Nah, belum sepenuhnya bisa ditampilkan dalam PKB kali ini. “ Belum sepenuhnya menjiwai filosofi temanya itu sendiri,” urai Made Purna Ketua Panitia Pelaksana Sarasehan Budaya PKB ke 34 di gedung Natya Mandala ISI Denpasar, Jum’at ( 6/7).

Made Purna, yang juga kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bali NTB NTT (BPSNT) itu lebih jauh menambahkan, sejauh pengamatannya, tema PKB tahun ini yakni Paras -Paros, masih belum sepenuhnya sesuai dengan isi pagelarannya. Namun semua itu tidak serta merta kesalahan peserta PKB, bisa dari sosialisasi yang masih kurang antara pihak kabupaten sebagai perpanjangan tangan propinsi, sebagai penyenggara PKB dengan sekaa, sekaa yang ada terlebih kepada peserta luar daerah Bali. “ Atau juga sulitnya pada peserta pagelaran untuk mengaplikasikan bentuk Paras -Paros, dinamika kebersamaan  itu dalam inti sari pentasnya. Bisa itu karena waktu yang terbatas, atau kendala lainnya, “ paparnya.

Tema PKB sendiri selalu sudah disiapkan untuk jangak waktu setidaknya lima tahun kedepan. Nah, kedepanya, untuk bisa saling berkaitan maka diharapkan pihak peserta pagelaran, selalu diikutsertakan secara intensif, supaya tema yang ada benar benar bisa sejalan, dan sejiwa. Dengan begitu, maka tema akan selalu lebih nyambung dengan event PKB secara keseluruhan. “ Sejauh ini jangan sampai tema hanya sekedar sebuah symbol saja, hanya sebagai satu pijakan, namun implementasinya banyak yang masih belum searah setujuan,” ungkapnya. Disatu sisi bahwa PKB adalah satu wadah pelestarian, penggalian dan pengembangan seni budaya Bali dengan pernik -perniknya yang arahnya juga untuk promosi pariwisata Bali.

Sementara pada kegiatan sarasehannya yang seiring sejalan dengan tema PKB, mengundang pula Wamenbud, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang diwakili oleh Direktur Pembina Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Tradisi, Gendro Nurhadi, serta menampilkan para tokoh nara sumber seperti Prof Wayan Dibia dengan makalahnya yang berjudul Transformasi Paras Paros Dalam Berkesenian, Harapan dan Tantangan, oleh dalang wayang Cengblonk, Wayan Nardayana dengan makalah, Komunikasi dan Sosialisasi Pesan Pesan dan Pendidkan Humaniora Melalui Media Seni Wayang Kulit, oleh Dr.N.LN Suasthi Widjaya Bandem dengan makalah, Komparasi Identitas, Kelemahan , dan keunggulan PKB di Tengah Aneka Festival Budaya Berkelas Dunia. HPMB