Denpasar (Metrobali.com)-

Sejumlah pakar, praktisi, akademisi, budayawan, agamawan dari berbagai bidang keahlian memaparkan pandangannya tentang pembangunan Bali lima tahun ke depan dalam seminar akademis Unud Denpasar, Rabu (15/8) kemarin di gedung Pascasarjana Unud Denpasar. Pada intinya, para pakar tersebut sangat prihatin dengan perkembangan pembangunan Bali selama ini. Pasalnya, dicap telah meninggalkan konsep adiluhung kebudayaan Bali. Di antaranya persoalan bidang ekonomi, kepariwisataan, penataan ruang, transportasi, pertanian, kependudukan, dan kesehatan.

Pada dasarnya, beragam persoalan pembangunan Bali muncul selama ini setelah dianalisis oleh para pakarnya rupanya bertitik tolak dari kebijakan otonomi yang tidak berlandaskan nasionalisme kebangsaan yang berdasarkan UUD’45 dan Pancasila. Tak pelak, otonomi justru dapat mengancam persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara, yang secara otomatis dapat menghambat pembangunan Bali dalam upaya pencapaian kesejahteraan masyarakat secara luas.

Bahkan, celakanya justru memperlebar kesenjangan antara daerah kaya dengan daerah miskin, serta memicu ketidakstabilan makroekonomi, dan ketimpangan antardaerah hingga meningkatnya korupsi dari berbagai sektor kehidupan.

Made Sujaya Utama memaparkan bahwa tujuan mulia dari otonomi dalam mencapai peningkatan kualitas pelayanan dan kesejahteraan masyarakat sejak 2001 justru sebaliknya memicu beragam persoalan yang sangat beragam dari berbagai sektor kehidupan. Ini karena potensi alam, sumber daya ekonomi, dan sumber daya manusia setiap daerah berbeda. Sehingga tingkat pelaksanaan otonomi menjadi beragam. “Akibatnya, terjadi ketimpangan kesejahteraan masyarakat antardaerah,” tegasnya.

Sementara itu, dari sektor pertanian yang menjadi identitas kebudayaan Bali rupanya menjadi sorotan paling hangat dari sejumlah pakar, sebagai dampak dari arus deras pertumbuhan sektor kepariwisataan Bali selama ini. Karena itulah, pemimpin Bali harus mampu menganalisis secara cermat pembangunan Bali dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

Supaya mampu menciptakan pertumbuhan aktivitas ekonomi berkualitas yang didukung oleh kontribusi sektor pertanian dan sinergi dengan pariwisata. Sebab sektor ekonomi Bali tidak dapa terlepas dari sektor pertanian sebagai penyangga utama kepariwisataan Bali. Karena itu, konsep pembangunan Bali harus berwawasan budaya agraris dalam penataan ruang dan pemanfaatan ruang yang terintegrasi dalam sistem manajemen modern.

Rektor Unud Denpasar, Prof. Dr. dr. I Made Bakta, mengatakan evaluasi dan sikap kritis dalam seminar akademis ini sangat penting bagi pembangunan Bali lima tahun ke depan. Maka dari itulah, di masa mendatang tidak ada lagi figur calon pemimpin yang hanya menawarkan mimpi kepada masyarakat, janji yang tiada bukti, janji yang hanya diawang-awang.

Di samping itu, masyarakat juga mesti harus cerdas, dan secara terus menerus mendorong upaya peningkatan kesadaran dan kemauan serta kemampuan hidup lebih baik. “Jadi sikap kritis ini hendaknya tidak hanya sekadar wacana semata, ataupun hanya bergema di padang pasir, hanya sayup-sayup di kejauhan tiada arti. Tapi harus dapat diimplementasikan secara konkret di lapangan,” tegasnya. IJA-MB