ARTIS film berbakat istri pembalap Ananda ricola, Marcella Zalianty secara resmi sudah didapuk sebagai duta Festival Film Dokumenter Bali (FFDB) 2012. Dalam acara yang dihelat tahunan itu, peraih pemeran perempuan terbaik FFI tahun 2005 didapuk lantaran dianggap memiliki konsetrasi penuh atas film dokumenter di Indonesia. Komitmen di dunia perfilman dokumenter di Indonesia, sosok yang sering tampil elegan ini tidak perlu diragukan lagi. Berikut petikan wawancara wartawan Metro Bali dengan Marcella Zalianty seputar komitmen dan perkembangan film dokumenter di Indonesia, Sabtu (21/1) lalu di Denpasar.

Apa alasan ada bersedia menjadi Duta FFDB 2012?

MZ:  Saya ingin membantu mengembangkan industri perfilman Indonesia di daerah di luar Jakarta.  Tidak semua harus di Jakarta. Di daerah banyak talenta yang hebat. Dan, tak semuanya harus ke Jakarta. Di daerah pun mereka bisa berkarya. Hal itu yang ingin saya support. Dan, dengan cara itu saya rasa saya bisa menebalkan semangat ke-Indonesiaan saya, semangat keIndonesiaan kita…

Di sisi lain, dengan menjadi Duta FFDB saya merasa ikut memberi semangat kepada para seniman atau pembuat film di dareah, khususnya film dokumenter, untuk selalu optimistik menghadapi setiap keadaan. Saat ini, oleh statisiun televisi di Indonesia, film dokumenter memang masih dianggap sebagai “warga kelas dua”. Padahal pembuatannya memerlukan  waktu, energi dan pikiran yang jika dihargakan, tidak sedikit nilainya. Tapi, keadaan itu bukanlah alasan untuk surut. Mari bersama-sama membangun industri film dokumenter yang sehat.

Apa feedback  yang diharapkan dari event yang walaupun berskala nasional, tapi digelar di Bali ini?

MZ: Menurut saya, Bali ini sesuatu bagi Indonesia. Bali adalah international space yang punya kharisma tersendiri. Julia Robert datang ke Bali. Kenapa kita tidak?

Saya sendiri, sedang sangat serius ingin menggeluti dunia film dokumenter. Alhamdulillah, saya sudah membuat film dokumenter “Cerita dari Tapal Batas’ yang menggambarkan sebagian realitas yang terjadi di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan. Sebelumnya saya juga sempat membuat film di pulau-pulau di Banda Niera yang mengangkat taste of Nusantara. Saat ini saya menyimpan obsesi untuk membuat film documenter di seluruh perbatasan di Indonesia. Nah, melalui event semacam ini saya ingin belajar dari banyak praktisi film dokumenter sekaligus meluaskan jaringan agar kelak dapat membangun sinergi yang baik untuk mewujudkan apa yang saya impi-impikan tersebut.

Apa yang akan Marcella lakukan sebagai Duta FFDB 2012?

MZ:  Seperti harapan panitia, saya akan mensosialisasikan ke berbagai pihak agar event ini dikenal luas. Kadang-kadang, kan pesan baik, tidak menyebar luas karena disampaikan oleh orang yang tidak atau kurang dikenal. Saya punya cukup banyak kenalan. Saya akan menyampaikan FFDB dan semangat yang diusungnya kepada mereka. Mudah-mudahan dengan cara itu semangat festival ini dapat bergaung lebih luas. . Ya, begitu. Mudah-mudahan semua yang baik ini berjalan lancer..

Apa pendapat Marcella mengenai perkembangan film dokmenter di dalam negeri, baik secara kualitas, kuantitas karya, maupun animo sineasnya?

MZ:  Menurut saya, semangat membuat film dokumenter sudah cukup tinggi. Namun, ruang pemutarannya yang masih kurang. Masih sangat sedikit stasiun TV yang memberi ruang layak bagi film dokumenter. Ini tentu saja berpengaruh pada kuantitas dan kualitasnya. Meskipun saat ini sudah cukup banyak karya film dokumenter yang bagus, tapi jika ruang pemutarannya diperluas, akan lebih banyak lagi lahir karya-karya yang baik…

Bagaimana pendapat Marcella tentang harapan panitia FFDB untuk menjadikan Bali sebagai pusat film dokumenter di Indonesia?

MZ:  Saya mendukung upaya-upaya untuk membangkitkan film dokumenter di semua daerah. Tidak hanya di Bali. Dengan begitu, kekayaan budaya dan alam Indonesia dapat terangkat melalui karya dokumenter. Jika Bali ingin menjadikan dirinya sebagai semacam tempat bertemunya film-film dokumenter dari seluruh Indonesia, bagi saya itu juga merupakan keinginan yang baik.  Dan itu sangat mungkin terwujud. Jadi, kenapa tidak?