Denpasar (Metrobali.com)-

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengkritik peran pers di Indonesia saat ini. “Dewasa ini, pers tak jarang terjebak dalam dominasi kekuasaan dan kapital,” tegas Pastika saat menjadi keynote speaker dalam seminar bertajuk “Penegakan Peran Pers Sebagai Pilar ke-4 Demokrasi” di Universitas Warmadewa, Jumat 6 Januari 2012.

Sebagai narasumber pada seminar tersebut yakni mantan Ketua PWI Bali Made Nariana, mantan wartawan Denpos I Gst Putu Artha, serta dosen Fakultas Hukum Unud Prof. Dr. Usfunan, S.H. Seminar dipandu oleh Nyoman Wiratmaja, dosen Fisip Universitas Warmadewa.

Mantan Kapolda Bali itu mengatakan hal tersebut karena sangat mencintai peran pers. Karena fungsi pers adalah mencerdaskan bangsa. Tanpa pers, sambung Pastika, publik akan bodoh karena tidak ada yang meluruskan. Karena itu, pers hadir di masyarakat untuk menyajikan berita yang berimbang, cerdas dan memberikan pencerahan. Dan, bukan sebaliknya.

“Selayaknya pers jangan menyajikan informasi yang semu atau palsu. Apakagi menyajikan berita bohong, karena hal itu bertentangan dengan undang-undang pers. Untuk mengembalikan peran pers sebagai pilar demokrasi maka pers jangan membohongi dan memprovokasi masyarakat,” tutur Pastika.

Pekerja pers sendiri, menurut Pastika, merupakan agen yang mengkonstruksi realitas masyarakat. Pers harus berpihak pada masyarakat. Keberpihakan kepada masyarakat harus tercermin dalam berita-berita yang disajikan oleh insan pers.

Pers tidak dibenarkan untuk membuat berita-berita yang senasional dengan memojokan seseorang atau lembaga. “Persoalannya dalam konteks kebebasan, pers cenderung membingkai peristiwa dengan bingkai yang dia tentukan sendiri,” ucapnya.

“Begitu pula dia menentukan sendiri narasumbernya, sehingga seringkali pemberitaan yang tersajikan sudah dikemas sedemikian rupa, yang pada akhirnya menciptakan opini sesuai yang diinginkan,” tambahnya.

Maka itu, Pastika menekankan agar pers dalam menyajikan berita atau saat mengkonstruksi realitas masyarakat harus menjunjung tinggi kaidah, norma dan etika jurnalistik. “Saya sangat berkepentingan dengan pers yang bebas dan bertanggungjawab. Karena sekali lagi pers itu adalah pilar demokrasi dan kita sepakat untuk mendukung paham demokrasi,” tegasnya. MB1