Foto: Kader PSI Sis Lilyan yang kini dipercaya sebagai Divisi Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak & Penggalangan Kelompok Khusus DPD PSI Kota Denpasar.

Denpasar (Metrobali.com)-

Dalam top of mind atau benak persepsi publik, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dikenal sebagai partai yang ramah perempuan, sangat peduli dengan isu-isu perempuan dan konsisten memperjuangkan kepentingan dan hak-hak perempuan serta anak.

Positioning inilah juga yang mendorong semakin banyak perempuan dari berbagai kalangan tertarik bergabung ke PSI. Hal itu juga diakui Kader PSI Sis Lilyan yang kini dipercaya sebagai Divisi Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak & Penggalangan Kelompok Khusus DPD PSI Kota Denpasar. Dia mengaku tertarik bergabung ke PSI karena PSI partai yang sangat peduli dengan perempuan.

“Awal bergabung di PSI saya mengikuti jejak suami lebih dahulu masuk PSI. Saat pandemi Covid-19 ada program Rice Box PSI. Awalnya saya hanya ikut menemani suami membagikan Rice Box PSI. Dari sana banyak ketemu kader PSI, sikap mereka welcome, friendly. Jadi saya nyaman, diskusi dan ngobrol dengan mereka hingga akhirnya saya memutuskan gabung PSI,” ungkap Sis Lilyan saat ditanya alasannya terjun ke ranah politik dan juga berkaitan dengan spirit Hari Kartini 21 April 2023.

Dia menilai di PSI ada kesetaraan diantara semua pengurus dan kader lama maupun yang baru bergabung dengan panggilan akrab mereka yakni Bro dan Sis. “Mereka bilang panggil Bro Sis, tidak ada tua muda, semua setara. Dari situ saya semakin interest, dan saya tahu pandangan politik PSI seperti apa. Lalu saya join,” kenang Sis Lilyan yang seorang ibu rumah tangga ini.

Sebelum memutuskan benar-benar bergabung ke PSI, Sis Lilyan mengaku mencari tahu lebih detail mengenai visi misi dan arah perjuangan partai ini. Tidak ingin sekedar ikut-ikut masuk partai politik tapi otaknya kosong, tidak paham tentang seluk beluk partai yang dimasuki.

“Jadi kader PSI harus tahu visi misi partainya apa, tidak asal ikut-ikutan. Kita disekolahkan diberikan pendidikan politik. Saya juga makin tertarik setelah tahu visi misi PSI dan perjuangannya salah satunya menyuarakan kesetaraan perempuan. Itu bukan sekedar slogan belaka tapi benar-benar dipraktikkan secara nyata, salah satu buktinya hampir semua jajaran DPP PSI diisi oleh perempuan-perempuan hebat. Jadi ya udah makin mantap gabung PSI,” tutur Sis Lilyan.

“Dan yang membuat saya yakin masuk ke PSI karena PSI yang paling ideal, terbukti nyata menjadi garda terdepan memperjuangkan Anti Korupsi dan Anti Intoleransi,” sambungnya.

Perjuangan yang diusung PSI juga sejalan dengan ketertarikan untuk menyuarakan kepentingan dan hak-hak perempuan serta anak. “Saya tertarik di bidang perempuan dan anak. Di PSI kita perempuan sangat disupport. Selama ini apa yang saya mau ada di PSI dan suara saya didengarkan. Ketua DPD PSI Denpasar Bro Eka akhirnya mengajak saya terlibat lebih dalam, dipercaya di Divisi Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak & Penggalangan Kelompok Khusus DPD PSI Kota Denpasar. Jadi sesuai banget dengan perjuangan saya. Saat pelantikan divisi, pengurus DPP juga datang. Dari situ saya makin mantap berjuang bersama PSI,” ungkap Sis Lilyan.

Setelah terjun ke politik dia pun mengaku baru tahu ada kuota keterwakilan perempuan minimal 30 persen dalam penyusunan calon anggota legislatif dari partai politik. Memang saat ini perempuan yang terpilih di legislatif masih sedikit tapi dia pun berkeyakinan tidak menutup kemungkinan yang terpilih 100 persen perempuan.

Dia pun menyayangkan masih ada perempuan yang apatis dengan politik, hingga mereka dianggap hanya pelengkap kuota. “Perempuan dianggap bisa apa? Jangan salah, justru perempuan serba bisa. Tugasnya bagaimana kita mengubah pandangan negatif itu. Di PSI beda, suara perempuan benar ada, berfungsi maksimal tidak asal comot,” ujarnya.

Dia pun mengajak kaum perempuan jangan koar-koar kalau kita tidak terjun di dalam politik praktis. Jangan hanya bicara di sosmed yang ibarat nembak tapi tidak tepat sasaran. “Kalau terjun di politik tidak asal nembak, kita diajarkan fokus kemana. Ada kesenjangan di bidang mana, perjuangkan itu. Politik sebagai kendaraan untuk sampai tujuan, kalau di luar tidak sampai,” katanya.

Sebagai seorang ibu rumah tangga yang ikut berpolitik, Sis Lilyan berbagi pandangannya. Dia menekankan, sebelum seorang perempuan yang sudah berkeluarga memutuskan terjun ke politik tentu harus komunikasi dengan suami dan keluarga, harus bisa mengatur waktu dengan baik.

“Jangan kita semangat berpolitik tapi keluarga berantakan. Kalaupun tidak diizinkan suami bukan berarti tidak bisa bertindak. Kita tetap bisa jadi kader yang tidak harus selalu tampil tapi suara tetap didengarkan. Di PSI kader tidak harus aktif tapi selalu bisa mengikuti perkembangan partai, selalu update tentang isu-isu di masyarakat. Jadi ketika tidak bisa terjun langsung tetap bisa berkontribusi, bisa salurkan aspirasi,” paparnya.

Dia juga berharap partai politik harus mampu mengubah paradigma politik bukan sesuatu yang kotor. Sebab politik ada alat untuk mencapai perubahan positif dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat.

Terkait makna Hari Kartini, Sis Lilyan mengungkapkan sebenarnya spirit Hari Kartini intinya emansipasi, setara, sejajar. Namun sejajar itu bukan berarti yang berbeda ini ditiadakan. Laki dan perempuan memang beda, laki-laki lebih menggunakan pikirin logis, sedangkan perempuan lebih menggunakan perasaan. Jadi menurutnya perbedaan itu jangan ditiadakan, harus diseimbangkan.

“Kita mau ada perubahan tapi jangan terpatok pada perbedaan. Dan kalau mau dibilang kita kaum perempuan harus jadi pemimpin? Itu juga salah, tidak harus jadi pemimpin yang harus tampil, tapi bagaimana tetap memberikan pengaruh, memberikan masukan dan pertimbangan. Jadi tetap bisa mengambil peran karena pemimpin tidak harus tampil tapi bagaimana berpengaruh di sekitarnya. Contoh sederhana saat suami belanja istri bisa memberikan masukan, itu artinya perempuan tetap berpengaruh walau tidak menjadi pemimpin di rumah tangga,” pungkas Sis Lilyan. (wid)