Denpasar (Metrobali.com)-

Lomba “matekap” atau membajak ladang ikut meramaikan kegiatan “Festival Budaya Pertanian Ke-2 Kabupaten Badung 2013” yang diselenggarakan selama empat hari hingga Minggu (28/7).

Kegiatan Lomba “Matekap” seperti yang terlihat, Sabtu tersebut digelar di Desa Petang dengan menggunakan alat tradisional diikuti para petani yang ada di Kabupaten Badung, Bali.

Para peserta berupaya menunjukkan ketrampilannya, mulai dari cara menuntun sepasang sapi hingga teknik menggemburkan ladang.

Dalam lomba kali ini sejumlah “joki” sapi sedikit gerogi, karena tidak seperti biasanya ketika membajak di ladang atau sawah tak ada penonton. Tetapi pada lomba tahunan ini justeru dipadati penonton.

“Saya sedikit gerogi membajak ladang dalam lomba ini. Gimana tidak gerogi yang biasanya saya membajak sawah atau ladang hanya sendirian di lokasi, tapi di sini malah saya ditonton,” kata seorang peserta Wayan Lanus.

Menurut Lanus, kegiatan ini perlu terus diselenggarakan dalam upaya menarik minat para generasi muda agar tertarik menekuni pertanian.

“Karena saya lihat belakangan ini generasi muda mulai meninggalkan pekerjaan sebagai petani. Padahal jika memiliki lahan diolah dengan baik, maka tak kalah penghasilannya dengan warga bekerja di sektor lain, seperti buruh dan lainnya,” ucap Lanus sembari mengarahkan sapi agar bekerja.

Sementara itu tim juri Ida Bagus Suryawanta menjelaskan kreteria dalam lomba ini salah satunya “joki” terampil menuntun sapi sehingga hasil bajakan ladangnya merata.

“Selain itu kedalaman bajakan tersebut minimal 20 centimenter dan saat meratakan garapan ladangnya bersih,” kata Suryawanta yang juga pegawai di Dinas Pertanian Provinsi Bali.

Ia mengatakan lomba ini tidak sekadar mempertontonkan kepada pengunjung festival, tetapi yang lebih penting agar bisa melestarikan kebudayaan pertanian, seperti “matekap” atau membajak ladang/sawah tersebut dengan alat trandisional.

“Pemakaian alat tradisional tidak kalah cepat dengan penggunakan traktor, asalkan para joki terampil dan menguasai teknik menuntun sepasang sapi itu,” ujarnya.

Kenyataan dalam mengolah ladang atau sawah saat ini, kata dia, para petani sebagian besar menggunakan alat modern (traktor). Tapi ada satu sisi kelebihan bila menggunakan alat tradisional adalah jangkauan alat untuk lebih dalam menggemburkan ladang yang diolah.

“Menggunakan alat tradisional ‘matekap’ bisa menjangkau petak-petak lahan yang sempit dan sulit dijangkau traktor,” kata Suryawanta. AN-MB