Denpasar (Metrobali.com)-

Lokasi pembangunan bandar udara baru di Kabupaten Buleleng kembali berkembang menjadi dua opsi di kawasan Sumberkima atau Kubutambahan dalam rapat koordinasi lanjutan yang dipimpin oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika.

“Terpaksa pembahasan lokasi bandara di Buleleng menjadi mundur lagi karena melihat perkembangan wacana yang terjadi,” kata Gubernur Bali Made Mangku Pastika, di Denpasar, Jumat (26/7).

Sebelumnya pada rapat koordinasi pembangunan bandara di Buleleng yang digelar pada 9 Juli 2013, Desa Sumberkima telah dipilih menjadi lokasi pembangunan bandara baru karena dari hasil kajian teknis sementara relatif lebih mudah dibandingkan dibangun di Desa Kubutambahan.

Saat itu rapat dihadiri oleh Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Direktur Bandara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Bambang Cahyono, Kadishubinfokom Bali Dewa Putu Punia Asa, Kadis PU Bali Ketut Artika, Karo Ekbang Bali Gede Suarjana dan instansi terkait.

“Saya mengadakan rapat ini supaya wacana tidak bergulir liar sehingga bisa kembali diambil kesimpulan sementara,” ujar Pastika.

Mantan Kapolda Bali ini menginginkan bandara Buleleng direalisasikan untuk melayani penerbangan domestik dan internasional sehingga memberi pemerataan ekonomi bagi masyarakat di sana dan migrasi ke Kota Denpasar tak semakin parah.

“Tolong pihak-pihak yang tidak berkompeten jangan ikut-ikutan berbicara terhadap rencana pembangunan bandara ini. Kalau belum apa-apa sudah ribut, investor bisa ngeri duluan dan ujung-ujungnya pembangunan bisa tidak jadi,” katanya.

Pada rapat tersebut disampaikan pemaparan konsultan peneliti pra studi kelayakan (pra-FS) pembangunan Bandara Buleleng yakni Direktur PT Wiswakarma Consulindo Ida Bagus Sudewa dan Direktur PT Pembangunan Bali Mandiri Nur Hasan Akhmad.

Sudewa memaparkan bahwa ada tiga lokasi yang diteliti untuk pembangunan bandara kawasan Bali utara yakni di Desa Sumberkima, Sangsit dan Kubutambahan.

Berdasarkan hasil perhitungan studi, ucap dia, yang memperhatikan 10 faktor diantaranya tata guna lahan dan pengembangan sekitarnya, kondisi cuaca, pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, keamanan dan keselamatan penerbangan, moda transportasi darat dan sebagainya, wilayah Sumberkima yang mendapat skor terbesar yakni 52,53 persen, Sangsit 24,93 persen dan Kubutambahan 22,54 persen.

Ia menambahkan, ketiga lokasi perencanaannya mengarah posisi lepas pantai sehingga memerlukan proses pengurukan laut. Diarahkan ke laut karena ketiga tempat terjadi hambatan topografi dengan jarak perbukitan sekitar tiga kilometer. “Keberadaan bandara juga harus didukung fasilitas penginapan, toko dan restoran serta bengkel pesawat,” ujarnya.

Sedangkan Direktur PT Pembangunan Bali Mandiri Nur Hasan Achmad mengatakan untuk di Buleleng juga melakukan studi di tiga lokasi yakni di Sumberkima, Celukan Bawang dan Kubutambahan.

Berbeda dengan PT Wiswakarma Consulindo, pihaknya memfokuskan studi pembangunan bandara di kawasan darat, hanya saja juga dihadapkan persoalan puncak-puncak perbukitan yang masih berada dalam kawasan keselamatan operasi penerbangan karena jaraknya masih sekitar 15 kilometer dari titik lokasi landasan.

“Di Sumberkima dihadapkan pada persoalan kondisi perbukitan, di Celukan Bawang banyak dikembangkan pembangkit listrik, sedangkan Kubutambahan padat penduduk serta merupakan lahan produktif,” katanya.

Dari hasil studi pihaknya lebih cocok agar bandara dibangun di Kubutambahan bagian atas, pada lahan yang kering dan tidak produktif.

Rapat koordinasi ini juga dihadiri oleh Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Ketua Komisi III DPRD Bali I Gusti Made Suryantha Putra, Kadishubinfokom Bali Dewa Putu Punia Asa, Kadis PU Bali Ketut Artika, serta pejabat terkait lainnya. AN-MB