teroris bom jkt
Jakarta (Metrobali.com)-
Dalam penanganan aksi teroris di Sarinah Jakarta, aparat kepolisian telah bekerja dengan baik dan sistemik. Tidak ada istilah kecolongan dalam penanganannya.
Hal ini disampaikan Prof (Ris) Hermawan “Kikiek” Sulistyo, Ph.D, Kepala Pusat Kajian Keamanan Nasional, UBJ (Universitas Bhayangkara Jaya) Jakarta, Senin (18/1)  dalam siaran pers yang diterima redaksi.
Hermawan menyatakan, pemberitaan dan diskusi di ruang publik mengenai Bom Sarinah berkembang produktif, sekaligus kurang produktif. Yang produktif adalah konsolidasi psikologi dan kebatinan publik untuk melawan terorisme, yang ditunjukkan lewat tema “Aku Tidak Takut Teroris,” sementara yang kurang produktif seperti “polisi kecolongan” dan berbagai spekulasi, analisis tak berdasar, rumor, gosip, dan halusinasi.
“Kami merasa perlu menyampaikan press release terkait dengan isu-isu di atas. Concern adalah strategic think tank yang kegiatannya antara lain membantu pengembangan kemampuan SDM kepolisian. Kasatgaswil Densus 88 Metro Jaya dan Banten KBP Urip Widodo adalah associate Concern. Begitu pula dengan anak-anak buahnya, termasuk AKBP Untung Sangaji dan IPDA Tamat Suryani,”ujarnya.
“Kedua tokoh heroik” Bom Sarinah yakni AKBP Untung Sangaji dan IPDA Tamat Suryani,  bekerja di bawah kendali Kasatgaswil Densus 88 Metro, yang bertanggungjawab kepada Ka Densus 88 Mabes Polri dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Dr Tito Karnavian, yang kebetulan juga mantan Ka Densus 88. Puncak hierarki pada Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti.
“Jadi, sepanjang yang saya ketahui, mereka semua bekerja sistemik dan tidak ada istilah “kecolongan,” karena masih terdapat beberapa bom yang belum sempat diledakkan karena terduga teroris keburu ditembak. Selain itu, saya juga mengetahui (karena mereka dalam asuhan saya), tidak ada skenario politik, ekonomi, atau apapun selain keamanan,”ujarnya.
“Tentang info dari AKBP Untung Sangaji bahwa ada dua pelaku yang melarikan diri, setelah kami lakukan cross-checking dengan yang bersangkutan, ternyata tidak benar. Yang bersangkutan telah klarifikasi bahwa pandangannya tertutup oleh commotion massa, sehingga tidak begitu jelas terlihat apa yang berlangsung,”imbuhnya.
Sekarang, perburuan besar-besaran terhadap jaringan teroris di seluruh Indonesia tengah berlangsung. Hermawan mengajak segenap masyarakat untuk mendukung kerja pihak kepolisian dengan tidak membuat kegaduhan informasi yang bercampur dengan halusinasi para pengamat terorisme yang ingin membangun kisah-kisah fiksi sinetron.
“Lebih baik kita percaya pada kerja forensik Polri,”tutupnya. PS-MB