Buleleng, (Metrobali.com) 

 

Rencana pembangunan sekolah negeri baru yang menjadi usulan tersebut salah seorang anggota dewan baru-baru ini sejatinya haruslah mengacu pada ketentuan Permendikbud No 36 tahun 2014 tentang Pedoman Pendirian, Perubahan, dan Penutupan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah serta harus dilakukan kajian studi kelayakan yang mendalam terkait apakah sudah begitu ngotot dan mendesaknya pembangunan sekolah negeri tersebut dan mengapa kami pihak sekolah swasta tidak diberdayakan saja sebab pembangunan tersebut dipastikan dibangun dengan biaya yang tidak sedikit serta memakai uang negara,” ujar Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kabupaten Buleleng, Ketut Suketama, ST. di Buleleng, Kamis (25/8/2022).

Sebab faktanya, di Bali sudah melebihi ketersediaan kapasitas kuota bangku sekitar hampir 21.000 dan semestinya tidak ada lagi siswa tercecer.

Menurut data pokok pendidikan (Dapodik) terdapat 87.554 bangku daya tampung SMA/SMK Negeri dan Swasta, sedangkan jumlah lulusan SMP diperkirakan sekitar 66.617 Siswa, sehingga sesungguhnya masih terjadi kelebihan daya tampung hampir 21.000 bangku.

Pihaknya memohon pemerintah daerah untuk tidak mendirikan sekolah negeri baru khususnya di SMK-SMA Karena menurut UPTD BP Tekdik Disdikpora Bali sudah melebihi kuota yang ada sekitar 21.000 bangku dan pendirian sekolah baru harus melalui kajian yang ada. Misalnya memperhatikan kuota sekolah disekeliling zonasinya atau sulit untuk mengakses sekolah.

Adapun SMA swasta yang tutup terbanyak ada di Buleleng dan Jembrana yang masing-masing mencapai 7 sekolah. Disusul Denpasar (5), Tabanan (4), Badung (2), Gianyar (1) dan Klungkung (1). Adapun Karangasem masih bertahan sebanyak 10 SMA swasta, begitu pula Bangli masih memiliki 1 SMA swasta.

Rasanya kurang Elok, jika usulan Penambahan 8 gedung Sekolah Negeri Baru disaat sekolah Swasta Menjerit tidak kebagian murid

“Perlu diketahui, SMA SIDHIKARYA Kubutambahan Singaraja memiliki daya tampung 4 rombel, tahun pelajaran 2022/ 2023 ternyata hanya mendapatkan siswa 1 rombel saja, hal tersebut menunjukkan masih ada tempat yang kosong sebanyak 3 kelas tersisa,” kata Ketut Suketama yang juga pengurus Yayasan Sidhi Karya, Buleleng.

Sebagai info untuk menjawab bahwa ada siswa terlantar di buleleng masih ada sekolah yang kekurangan siswa.

“Tidak hanya itu, SMA PGRI Seririt yang memiliki kapasitas daya tampung 4 rombel tidak mendapatkan Siswa sama sekali, SMA Wirabhakti Sawan memiliki daya tampung 3 kelas, namun hanya mendapat siswa 1 kelas, jadinya ada kelas kosong tak terisi sebanyak 2 kelas, SMA Saraswati di Singaraja memiliki daya tampung 4 kelas namun tidak dapat siswa alias nihil, berarti ada terdapat kelas kosong 4 kelas lagi, SMA Santo Paulus Singaraja yang memiliki daya tampung 5 kelas, namun tahun ini juga tidak dapat siswa, SMA Dwijendra Singaraja yang memiliki daya tampung 3 kelas tahun ini juga tidak dapat siswa dan SMA Saraswati Singaraja pun juga kekurangan siswa.

Terkait rencana pembangunan sekolah negeri baru, alangkah baiknya seyogyanya kami juga diajak bicara untuk hal tersebut. (hd)