Ilustrasi

Denpasar, (Metrobali.com)

KTT G 20, akan segera berlangsung di Nusa Dua, Bali, dimana sebelumnya Bali diterjang banjir bandang di banyak tempat, memakan korban jiwa, di musim kemarau yang lazimnya musim kemarau terkering. Dalam dunia “fragile” yang rentan pecah, akibat: pandemi, perang Ukraina – Rusia, ketegangan di Selat Taiwan dan juga di Semenanjung Korea, dalam tekanan krisis: pangan, energi dan resesi ekonomi yang mendunia, KTT ini diharapkan mampu memberikan tawaran pilihan solusi terhadap sejumlah isu yang begitu krusial bagi masyarakat global.
Menyebut saja beberapa isu global tsb:

Pertama, krisis pangan. Krisis ini begitu nyata, menurut pernyataan Sekjen PBB beberapa waktu lalu, sekitar 350 juta manusia mengalami krisis pangan, 50 juta di antaranya sudah mengalami kelaparan di hari-hari ini. Diperkirakan angka yang disampaikan Sekjen PBB ini, angka minimal.

Kedua, krisis energi. Krisis energi dewasa ini begitu mengejutkan bagi bagi masyarakat sejahtera (affluent society) di daratan Eropa, akibat perang Ukraina – Rusia, tetapi menjadi bagian ke seharian bagi warga kelas bawah di Dunia Ketiga.

Ketiga, krisis iklim begitu nyata akibat pemanasan global:pendapatan petani yang turun, bencana alam terutama hidrologi yang semakin sering terjadi dengan skala lebih besar, kehidupan warga pesisir yang semakin rentan akibat ROB dan pasang gelombang yang semakin tinggi.

Keempat, penurunan emisi CO2 secara global menjadi tuntutan yang mendesak, tetapi faktanya Kesepatan Paris ( tahun 2015) untuk pengendalian emisi CO2 ada tanda-tanda mengalami kegagalan.

Kelima, EBT ( Ekonomi Baru Terbarukan) untuk optimalisasi energi bersih, pengembangan ekonomi hijau, menjadi kebutuhan yang mendesak, tantangannya ada pada komitmen kebijakan, pilihan teknologi yang terjangkau dan pendanaan.
Semoga KTT G 20, memberikan tawaran solusi yang mencerahkan bagi sejarah kemanusiaan, tidak sebatas janji “angin surga ” yang tidak mampu dilaksanakan, dan melahirkan kekecewaan baru bagi kemanusiaan.

Bagaimana pesan kemanusiaan dari Bali ini menjadi Metaksu (menggugah,memberikan kesadaran dan melahirkan program aksi)?.
Tantangan bagi kita bersama, terutama para elite kepemimpinan di Bali, menjaga taksu Bali melalui “kepagehan” menjalankan dharma dan swadharma.

Jro Gde Sudibya, pengamat kecendrungan masa depan – trend watcher -.