Bendera Israel

 

Denpasar, (Metrobali.com)

Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, penolakan terhadap Timnas Israel U20 tidak semata-mata dari dirinya. Dia bahkan membantah menyebut penolakan itu adalah sikap pribadinya semata. (Kompas.com, Senin 27 Maret 2023).

“Gubernur Koster bersilat lidah, jejak digitalnya jelas, akibat suratnya sebagai Gubernur ke Menpora, sebagai pangkal pemicu bagi FIFA membatalkan acara drawing (penentuan grup) di Bali yg.direncanakan tanggal 31 Maret 2023,” kata pengamat publik yang juga mantan anggota MPRI utusan Daerah Bali Jro Gde Sudibya kepada Metrobali.com.

Menurutnya, Koster harusnya bersifat kesatrialah sebagai pejabat pemegang amanah publik, tidak seperti ungkapan yang sering ditujukan terhadap tingkah polah sebagian politisi, “pagi ngomomg tempe, sore bicara kedele. Ini tentu tidak elok.

Sebelumnya, Kompas.com, Senin 2 Maret 2023 memberitakan, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, penolakan terhadap Timnas Israel U20 tidak semata-mata dari dirinya. Dia bahkan membantah menyebut penolakan itu adalah sikap pribadinya semata.

“Duh, bukan sikap saya, (tapi) sikap pemerintah juga,” ujar dia saat ditemui di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Senin (27/3/2023), ketika ditanya apakah dia masih mungkin mengubah sikapnya.

Dia menolak menjelaskan secara lebih rinci terkait hal tersebut. Koster meminta awak media tidak menanyakan lagi pertanyaan serupa.

Wayan Koster jangan plintat plintut saat ditanya wartawan soal alasan menolak tim israel ikut drawing di Bali. Harus kesatria. Tunjuk! Siapa orang yang membackup surat itu.

Menurutnya, sebagai pemeluk Hindu yang baik semestinya yang bersangkutan paham tentang etika kepemimpinan Hindu yang ajarannya banyak termuat dalam Itihasa Ramayana dan Mahabratha.

Etika kepemimpinan yang menjujung tinggi Satya Wacana (satunya kata dan perbuatan), keberanian menerima tanggung jawab, seperti sikap para Pandawa yang harus meninggalkan kerajaan karena kalah berjudi. Sikap “kesatria” dari patih Rahwana Prahasta yang menyatakan secara terbuka kepada Hanoman, bahwa dharma seorang raksasa menghalangi setiap orang berbuat baik.

Dikatakan, kerusakan terhadap brand Bali sebagai DTW dunia dipersepsikan telah terjadi, dari DTW yang inklusif toleran menjadi eksklusif (tertutup) intoleran.

“Akui saja kealpaan ini, bukankah dalam ajaran Hindu Catur Paramita yakni Upeksa, sikap mengakui kesalahan untuk tegaknya kebaikan dan kebenaran, sebagai pintu pembuka koreksi terhadap akumulasi kealpaan dan kesalahan?,” kata Jro Gde Sudibya.

Kalau berita FIFA telah memutuskan Piala Dunia U20 dipindahkan ke Peru benar, karena ulah Gubernur Koster, kita tidak bisa membayangkan citra negatif terhadap Bali yang tidak toleran dalam dunia sepak bola yang penggemarnya diperkirakan ratusan juta dan bahkan di atas 1 milyar orang penghuni bumi.

‘Ini sebuah mimpi buruk dalam sejarah pariwisata Bali setelah kemerdekaan. Perlu kerja luar biasa besar, untuk merehabilitasi brand Bali, ” katanya. (Adi Putra)