Seoul (Metrobali.com)-

Polisi Korea Selatan, Sabtu (29/6), menghentikan rencana peluncuran selebaran-selebaran anti-Pyongyang, setelah satu ancaman pembalasan aksi kekerasan oleh Korea Utara.

Satu kelompok pembangkang dari Korut dan para aktivis hak asasi manusia Amerika Serikat mengatakan mereka akan menggunakan balon-balon raksasa berisi gas untuk menjatuhkan 200.000 selebaran yang mengecam Pyongyang di perbatasan yang tegang itu.

Tetapi satu kontingen polisi berseragam sipil mencegah para aktivis menerbangkan pamplet-pamplet itu dan barang-barang lain yang dibawa satu truk di Imjingak, satu lokasi wisata di dekat perbatasan itu.

Beberapa jam sebelumnya, militer Korut memperingatkan bahwa pihaknya akan menembaki lokasi peluncuran itu, mengecam para aktivis sebagai “sampah manusia” dan memperingatkan lokasi peluncuran itu “berada dalam jarak tembak langsung”.

Seorang aktivis terkemuka, Park Sang-Hak ditahan sebentar setelah ia berusaha mengemudikan kendaraan itu melalui garis polisi untuk pergi ke lokasi peluncuran, sekitar 300meter jauhnya.

“Saya heran mengapa mereka sangat takut. Mengapa itu ilegal? Mengapa apa yang kami lakukan itu salah?” kata Thor Halvorssen ketua Human Rights Foundation (HTF) yang bermarkas di New York kepada wartawan.

“Jika Korsel melakukan segala sesuatu karena ancaman-ancaman dari Korut, maka Korsel adalah satu sandera. Korsel bukan satu negara bebas,” katanya.

Polisi menghentikan peluncuran serupa April dan Mei tahun ini, dengan alasan adanya protes-protes dari penduduk lokal yang tinggal di daerah itu.

Penduduk lokal menentang tindakan seperti itu karena Korut mengancamkan akan menembaki lokasi-lokasi yang digunakan untuk meluncurkan selebaran-selebaran yang sering membawa pesan-pesan seperti menyerukan pemberontakan terhadap pemerintah komunis itu. , (Antara/AFP)