Jakarta (Metrobali.com)-

Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Dinno Indiano mengatakan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak selalu memengaruhi tingkat Non Performing Financing (NPF) atau kredit macet pada suatu bank.

“Kita jangan selalu mengira karena kenaikan harga BBM langsung kita indikasikan pasti akan ada peningkatan kredit macet, khususnya dari sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah),” kata Dinno di Jakarta, Rabu (17/7).

Pernyataan tersebut dia sampaikan dalam acara “Bincang-bincang Ramadhan Jurnalis Ekonomi Syariah 2013” di Gedung Kementerian Agama.

Menurut dia, hingga saat ini di BNI Syariah belum ada peningkatan angka kredit macet (NPF), terutama dari sektor UMKM.

“Sejauh ini NPF kami bagus dan stabil. NPF kami ada di angka 2,1 persen. Maka kemacetan kredit itu jangan dilihat semata-mata pasti karena kenaikan harga BBM,” ujarnya.

“Bisa saja kredit macet itu disebabkan penilaian dan keputusan pembiayaan terhadap UMKM itu memang sudah salah dari awal,” tambahnya.

Selain itu, dia juga memprediksi hingga akhir tahun tingkat NPF di BNI Syariah cenderung tetap pada kisaran angka dua persen.

“Pokoknya, NPF kami kurang lebih masih di angka dua persen lah,” katanya.

Dia lebih lanjut menjelaskan NPF adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet.

Sebelumnya, kenaikan harga BBM bersubsidi membuat beberapa bank melakukan revisi target. Hal tersebut disebabkan jumlah kredit bermasalah (NPF) yang diperkirakan akan meningkat seiring dengan kenaikan harga BBM.

Menurut Dinno, kebanyakan bank syariah memang cenderung mempunyai tingkat NPF atau kredit macet yang lebih rendah dibandingkan dengan bank konvensional.

“Kredit macet di bank syariah biasanya rata-rata hanya sekitar empat persen, sedangkan pada bank-bank konvensional bisa mencapai delapan hingga 10 persen,” jelasnya.

Namun, dia juga menyadari bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi membuat beberapa bank melakukan revisi target.

“Hal tersebut disebabkan jumlah kredit bermasalah yang diperkirakan akan meningkat seiring dengan kenaikan harga BBM,” katanya. AN-MB