Jakarta (Metrobali.com)-

Pengamat ekonomi Universitas Paramadina Jakarta Wijayanto Samirin mengatakan kebijakan kenaikan harga BBM membantu memperbaiki kondisi perekonomian, tetapi tidak secara secara otomatis erdampak pada penguatan rupiah dan indeks harga saham.

“Ketidakpastian kebijakan pengurangan subsidi BBM hanya salah satu di antara banyak faktor yang selama ini menekan rupiah dan indeks harga saham. Dinamika ekonomi dunia juga berpengaruh,” kata Wijayanto Samirin dihubungi di Jakarta, Jumat (28/6).

Wijayanto mengatakan ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan mengurangi subsidi BBM, maka pada saat yang sama ekonomi dunia menunjukkan dinamika baru, misalnya “quantitative easing”.

Menurut Wijayanto, “quantitative easing” berdampak pada peningkatan pasokan dolar Amerika Serikat sehingga pasar memperkirakan Bank Sentral AS atau The Fed akan segera mengakhiri kebijakan tersebut.

“Prediksi itu telah menimbulkan gangguan pada nilai tukar rupiah dan indeks harga saham di Indonesia,” ujarnya.

Namun, Wijayanto meyakini pengurangan subsidi BBM akan berdampak positif dalam jangka menengah dan panjang. Pengurangan subsidi akan mengurangi defisit ganda yang mendera Indonesia, yaitu defisit neraca anggaran dan defisit neraca perdagangan.

Perbaikan terhadap neraca anggaran dan neraca perdagangan Indonesia akan menjadi perkembangan positif yang akan meningkatkan kepercayaan investor dunia pada perekonomian Indonesia.

“Hal itu akan membantu mengangkat nilai tukar rupiah dan harga saham. Setidaknya akan mengerem penurunan nilai,” tuturnya.

Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi setelah pengesahan APBN-P 2013 yang didalamnya terdapat anggaran kompensasi kenaikan harga BBM. Kompensasi itu diharapkan bisa melindungi masyarakat miskin dari gejolak yang mungkin terjadi akibat kenaikan harga BBM.

Kompensasi yang disiapkan pemerintah adalah beras miskin (raskin), bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM), beasiswa siswa miskin (BSM), program keluarga harapan (PKH) dan perbaikan infrastruktur dasar. INT-MB