MetroBali

Selangkah Lebih Awal

Kemarau, BI Bali antisipasi pengaruh terhadap produktivitas pangan

 Foto : Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana. (doc.)
Denpasar (Metrobali.com)-
Bank Indonesia mengantisipasi musim kering (kemarau) yang diprediksi mulai April 2018 di Bali terkait pengaruhnya terhadap produktivitas pangan dengan memanfaatkan embung dan teknologi air bawah tanah untuk meminimalkan kekeringan.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana di Denpasar, Kamis, menjelaskan pembuatan cadangan air tersebut khususnya dilakukan di sejumlah kelompok tani binaan bank sentral tersebut.

Bank sentral itu mendirikan proyek percontohan dengan sistem pemberdayaan kelompok tani atau “cluster” cabai di Desa Ababi Karangasem, bawang merah di Desa Songan Kabupaten Bangli dan di Gerokgak Buleleng.

BI juga mengembangkan “cluster” padi di Kabupaten Gianyar dan akan mengembangkan bawang putih di Desa Wanagiri Buleleng.Pihaknya juga menjajaki mengembangkan “cluster” cokelat/kakao di Jembrana yang diharapkan berorientasi ekspor.

Pria yang akrab disapa CIK itu menjelaskan di masing-masing “cluster” tersebut telah dan akan dibangun embung dan cadangan air termasuk memompa air dari aliran sungai.

Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali untuk mengantisipasi inflasi yang timbul akibat pengaruh cuaca yang mengganggu produktivitas pangan.

BI, kata dia, juga menggandeng Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memberikan edukasi kepada para petani mengenali cuaca.
CIK, menjelaskan, edukasi itu salah satunya dilakukan kepada kelompok tani bawang merah di Desa Songan, Bangli melalui sekolah lapang iklim.

“Mereka memiliki teknologi memprediksi cuaca. Dengan begitu, BMKG bisa mengenalkan kepada petani tanda perubahan cuaca apalagi kendala saat ini cenderung tidak menentu,” ucapnya.

Sekolah lapang iklim memberikan informasi yang memadai kepada petani terkait perubahan cuaca dan dampaknya terhadap pertanian.

Informasi yang diberikan dengan menggandeng penyuluh pertanian berupa kalender tanam, parameter-parameter iklim dan jenis tanaman yang cocok ditanam pada iklim tertentu.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan kemarau akan dimulai pada April 2018 yang terjadi di sebagian wilayah di Indonesia.
Awal kemarau diprediksi dimulai di Nusa Tenggara dan Bali, bulan berikutnya akan meluas ke Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Papua.

BMKG menyebutkan saat awal kemarau, curah hujan mencapai 150 milimeter per bulan dan terus menurun seiring terjadinya puncak kemarau.Puncak kemarau diperkirakan akan berlangsung pada Agustus dan September 2018.

Editor : Whraspati Radha