Foto: Para pembicara dan peserta foto bersama dalam Seminar Internasional yang digelar KBMHD Undiknas.

Denpasar (Metrobali.com)-

Keluarga Besar Mahasiswa Hindu Dharma (KBMHD) Undiknas Denpasar menggelar Seminar Internasional dengan “Application of Tri Hita Karana and Triple Bottom Line Theory in Realizing Sustainable Business” atau “Aplikasi Tri Hita Karana dan Teori Triple Bottom Line dalam Mewujudkan Bisnis Berkelanjutan” pada Sabtu, 13 Mei 2022 di Auditorium Dwi Tunggal Undiknas Denpasar.

Acara dibuka Rektor Undiknas yang diwakili Kepala Pusat Studi Undiknas Doktor Gung Tini Gorda. Seminar internasional ini dimoderatori oleh Anak Agung Mia Intentilia, S.IP.,MA yang merupakan Kepala Pusat Kajian Asean dan Internasional Undiknas. Sementara untuk pembicara hadir langsung Perwakilan Kementrian BUMN Republik Indonesia Tedi Bharata,  Perwakilan dari Coca-Cola Euro Pacific Partners, Armytanti Hanum Kasmito, dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undiknas Gusti Putu Lestara Permana, S.E.,M.Acc.,A.k. Sementara Pembicara Tim Olff selaku Senior Data Analyst, The Netherlands, hadir secara daring.

Anak Agung Sagung Mirah Pertiwi selaku Ketua Panitia Seminar Internasional mengatakan seminar internasional ini digelar karena di KBMHD sendiri telah memiliki program kerja tetap yaitu menyelenggarakan seminar setiap tahunnya. Tema seminar kali ini adalah Application of Tri Hita Karana and Triple Bottom Line Theory In Realizing A Sustainable Business. Tema tersebut memfokuskan pada pembangunan bisnis yang berkelanjutan tanpa merusak lingkungan sekitar.

Hal ini sesuai dengan konsep Tri Hita Karana yakni hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan sesama.  “Dalam pembangunan bisnis tidak semata-mata demi kepentingan profit saja, tetapi juga harus memperhatikan dampak lingkungannya,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Ni Luh Ayu Deva Sastriani selaku Ketua Umum KBMHD Undiknas. Ia mengatakan seminar internasional ini diadakan untuk mengedukasi mahasiswa. Seminar lebih fokus pada bisnis yang kaitannya dengan konsep Tri Hita Karana dan Triple Bottom Line Theory.

 

“Bisnis bukan soal keuntungan saja, tetapi juga terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhan, dengan lingkungan dan sesama. Sementara dalam kaitannya dengan teori Triple Bottom Line, bisnis harus memperhatikan tiga faktor yakni people, planet dan profit,” ungkapnya.

Diharapkan dengan Seminar Internasional ini para mahasiswa bisa mempunyai inovasi yang lebih banyak dari generasi-generasi sebelumnya sehingga mereka bisa membangun bisnis dengan tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda yang membacakan sambutan Rektor Undiknas mengatakan dalam seminar internasional KBMHD ini lebih berbicara tentang bagaimana cara mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana serta Teori Triple Bottom Line dalam bisnis yang berkelanjutan.

“Hal inilah yang menjadi topik utama dalam pembahasan seminar oleh para pembicara, terutama dalam hal menerapkan konsep Tri Hita Karana sebagai landasan untuk melakukan sebuah usaha yang berkesinambungan yang pada akhirnya bisa menjadi fondasi dalam berwirausaha yang tentunya berkesinambungan,” terang Gung Tini Gorda.

Pembicara pertama Deputi Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN Tedi Bharata mengatakan tema seminar internasional kali ini adalah aplikasi dari konsep Tri Hita Karana dan teori Triple Bottom Line untuk mewujudkan bisnis yang berkelanjutan.

“Konsep tersebut sejalan dengan apa yang telah dilakukan di kementerian BUMN, dimana kita perlu memperhatikan aspek-aspek atau dimensi dari sosial, ekonomi dan juga dari masyarakat dan lingkungan. Dengan implementasi konsep tersebut diharapkan BUMN bisa tumbuh, berkelanjutan, bisa berkontribusi pada masyarakat, negara dan di masa mendatang,” ungkap Tedi Bharata.

Tedi Bharata juga memberikan apresiasinya kepada Undiknas karena sudah menyelenggarakan Seminar Internasional tersebut. Menurutnya seminar ini sangat relevan dengan apa yang terjadi saat ini. Melalui seminar ini juga diharapkan bisa menghasilkan ide-ide baru, inisiatif dan bisa saling tukar gagasan. Ditambahkannya, dengan semangat untuk meraih sustainbility goals tersebut kita bisa meraih keharmonisan, seperti apa yang menjadi dasar dari Tri Hita Karana.

Melalui seminar ini diharapkan para mahasiswa bisa memiliki inovasi karena kedepan dibutuhkan banyak inovasi untuk meraih tujuan keberlanjutan tersebut. Menurutnya para mahasiswa sebagai generasi muda memiliki banyak ide-ide kreatif sehingga bisa menjadi bagian dari solusi untuk meraih sustainbility goals tersebut.

Pembicara kedua Tim Olff selaku Senior Data Analyst, The Netherlands memberikan pemaparannya secara daring dari Belanda. Dalam paparannya ia lebih menekankan pada etika dan Budaya dalam bisnis di Belanda. Selain itu Tim Olff juga menyinggung Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh bisnis berkelanjutan kedepannya.

Pembicara ketiga Armytanti Hanum Kasmito selaku perwakilan dari Coca-Cola Euro Pacific Partners mengatakan konsep Tri Hita Karana dan Triple Bottom Line dalam mewujudkan bisnis berkelanjutan memiliki keterkaitan yang erat. Ditambahkannya, konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari Palemahan, Pawongan dan Parahyangan dan konsep Triple Bottom Line yang terdiri dari People, Planet dan Profit seharusnya bisa bersinergi dan berkolaborasi dengan baik dan berjalan secara sinergitas.

Armytanti Hanum Kasmito juga menekankan pentingnya pengusaha atau para investor untuk melalukan kajian-kajian terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan sebelum membangun bisnis. Menurutnya berbicara tentang dampak lingkungan bukan hanya tentang habitat flora dan fauna, namun secara antropologi atau aspek manusianya, itupun harus ada kajian tersendiri, terutama terkait dengan perubahan-perubahan kebiasaan dari manusia yang ada disekitar tempat bisnis.

“Disinilah pentingnya peran dari konsep Tri Hita Karana yang utamanya menyangkut kearifan lokal. Dengan Seminar ini diharapkan para mahasiswa mendapatkan lebih pengetahuan tentang keberlanjutan. Terlebih keberlanjutan tersebut bukan hanya pada badan usaha saja, tetapi juga pada diri kita sendiri, khususnya dalam hal menjaga kebersihan sampah,” tutur Armytanti.

Sementara pembicara keempat, Gusti Putu Lestara Permana, S.E.,M.Acc.,A.k., selaku dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undiknas mengatakan bahwa teknologi tidak bisa lepas dari konsep Tri Hita Karana. Dalam paparannya Gusti Putu Lestara Permana lebih menekankan pada improvisasi yang dihasilkan daripada teknologi.

Menurutnya hal tersebut mampu memberikan impact kepada bisnis, khususnya di bidang sustainbility. Ketika mengimplementasikan teknologi ini justru bisnis akan mampu mendapatkan impact yang luar biasa terkait dengan efisiensi dan juga efektivitas dalam sisi pekerja.

“Jadi penekanannya adalah teknologi akan membuat bisnis mampu menjadi sustain tanpa menghilangkan ajaran-ajaran Tri Hita Karana, bahkan tetap menjadi Tri Hita Karana itu sebagai landasan,” pungkas Lestara. (wid)