Denpasar (Metrobali.com)-
Kawasan kumuh muncul di perkotaan akibat pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi yang tidak merata sampai di pedesaan.
“Munculnya rumah-rumah kumuh di perkotaan akibat pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk. Di samping juga semua perekonomian terpusat di kota tersebut,” kata Direktur Bina Program dan Kemitraan Kementerian Pekerjaan Umum Rido Matari Ichwan di Hotel Werdha Pura Sanur, Kota Denpasar, Senin 2 Juli 2012.
Pada Pelatihan Pelopor Penataan Ruang yang diikuti perwakilan siswa SMA se-Indonesia itu, ia mengatakan, dengan semakin tak terkendalinya pemukiman dan tata ruang di perkotaan maka tingkat kekumuhan akan semakin parah.
“Kalau berbicara dari sejarah, tata ruang pada zaman kolonial Belanda, sejumlah kota-kota di Indonesia sudah ditata. Seperti Kota Bandung dan Jakarta. Namun seiring perkembangan zaman, tata ruang itu sudah banyak yang bergeser, bahkan beralih fungsi,” katanya.
Ia mengatakan, pemerintah mempunyai “master plan” atau cetak biru, tapi dalam perkembangannya pembangunan tidak saja dilakukan oleh pemerintah melainkan juga peran masyarakat dan swasta.
“Memang pemerintah sudah mempunyai perencanaan, tapi karena pesatnya pembangunan oleh masyarakat maupun swasta. Maka lahan yang awalnya disiapkan untuk tata ruang terdesak laju pembangunan tersebut,” ujarnya.
Rido Matari mengatakan, mesti laju pembangunan tersebut sangat pesat, tapi kalau sejak dini ditanamkan untuk memperlambat maupun menengakan aturan yang berkaitan dengan tata ruang masih bisa diperbaiki.
“Kami optimistis untuk penataan ruang masih memungkinkan, misalnya di perkotaan, bila secara serius ditata oleh pemerintah bersama masyarakat maupun swasta pasti akan bisa ditata,” katanya.
Menyinggung pelatihan tersebut, Rido Matari mengatakan, pelatihan yang diikuti oleh siswa SMA berprestasi se-Indonesia itu bertujuan untuk generasi penerus supaya bisa memperbaiki daerahnya.
“Setelah mendapat pelatihan disini diharapkan nantinya di sekolah masing-masing bisa memberikan teladan kepada siswa lain. Sehingga dari sejak dini telah memahami mengenai tata ruang di lingkungannya,” ucap dia.
Ia mengatakan, para peserta selama sepekan hingga Minggu 8 Juli 2012 akan mendapatkan pelatihan dengan narasumber dari berbagai bidang, baik dari akademisi maupun dari praktisi tata ruang dan lingkungan.
“Para siswa tersebut akan mendapatkan materi pelatihan dari berbagai akademisi dan praktisi tata ruang. Sehingga hasil yang mereka dapatkan disini akan mampu diterapkan di daerahnya masing-masing,” kata Rido Matari. BOB-MB