SIDANG ENGELINEDenpasar (Metrobali.com)-

Kematian Engeline, bocah delapan tahun yang dibunuh secara sadis di Jalan Sedap Malam Nomor 26 Denpasar membuka mata semua pihak terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Yohana Yembise memaparkan, setelah kematian memilukan Engeline terungkap, warga Bali semakin sensitif terhadap kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan anak. Dari laporan yang diterimanya, laporan atas kasus kekerasan meningkat tajam di Pulau Dewata.

“Di Bali kelihatannya, setelah kasus Engeline terungkap, laporan yang masuk ke mereka (lembaga perlindungan perempuan dan anak) semakin banyak,” kata Yohana di Denpasar, Minggu 7 Desember 2015.

Menurutnya, hal itu lantaran kesadaran masyarakat mulai tumbuh. Masyarakat, ia melanjutkan, tak ingin kasus kematian tragis bocah yang duduk dibangku kelas 3 SDN 12 Sanur itu kembali terjadi. “Masyarakat mulai sadar bahwa seharusnya memang begitu. Masyarakat harus sadar akan perlindungan anak dan perempuan. Jadi, sudah mulai melapor dan itu yang kami harapkan,” kata Yohana.

Pelaporan kekerasan itu, sambung Yohana, juga membuktikan jika masyarakat mulai sadar jika Negara hadir di tengah-tengah mereka. “Masyarakat mulai sadar Negara hadir di tengah mereka sampai tingkat akar bawah,” papar dia.

Ia pun meminta kepada aparat kepolisian untuk memproses kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak melalui jalur hukum. Tidak menyelesaikan kasus tersebut kepada jalur perdamaian atau jalur adat, bahkan hanya mengenakan denda.

“Saya minta kepada polisi, kekerasan anak dan perempuan jangan diselesaikan secara adat, denda dan mediasi. Bawa saja ke ranah hukum,” tegas dia.

Yohana menilai kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan anak sudah menunjukkan tren penurunan pada tahun ini dibanding tahun sebelumnya. “Saya belum tahu berapa persen penurunannya. Akhir Desember baru kita tahu. Tapi yang jelas sudah turun,” tutup dia. JAK-MB