Jembrana (Metrobali.com)-

Dalam menentukan hari baik atau jelek disetiap kegiatan termasuk kegiatan adat, masyarakat Bali sejatinya sudah mengenal kalender sejak ratusan tahun lalu. Bukti tersebut dapat ditemukan di rumah Dewa Komang Budiana (45) warga Pangkung Languan Mekar Desa Yeh Sumbul Kecamatan Mendoyo, Jembrana.

Di rumahnya tersimpan rapi kalender dari kayu yang oleh orang Bali kuno disebut Tika. Kelender yang diperkirakan telah berusia 300 tahun lebih itu memiliki warna hitam dengan ukuran 7×20 cm. dipastikan kalender kayu itu hanya satu di Bali.

“Ini peninggalan leluhur. Saya hanya merawatnya saja” Ujar Budiana, Senin (22/7).

Menurutnya perbedaan kalender kayu dengan kalender sekarang terletak pada penulisan. Jika kelender sekarang menggunakan angka, kalender kayu itu hanya menggunakan tanda seperti  tanda titik, lingkaran, garis dan tanda kali.

Dikatakannya pihaknya sendiri tidak mengerti dengan makna yang ada di kalender kayu tersebut. “Kata kakek saya, kalender ini sudah ada sejak kakek, kakek saya hidup” Ungkapnya.

Dikatakannya kondisi kalender kayu itu hingga sekarang masih tetap utuh dan baik, lantaran tidak dicari rayap. Menurutnya dulu pernah ada yang ingin membeli, namun ditolak oleh keluarga. “Kalaupun ada kolektor yang ingin membeli, saya akan pikir-pikir karena kelender kayu ini peninggalan leluhur” Ujarnya.

Sementara itu, Dewa Putu Suanda (91), salah seorang Sulinggih asal Desa Yehembang Kangin, Mendoyo, mengatakan kalender kayu tersebut oleh orang Bali kuno disebut “Tika” yang berarti hitungan. Dahulu Tika tersebut digunakan untuk mengetahui hari baik dalam Agama Hindu.

Menurutnya tidak banyak orang Bali yang mampu mengartikan kalender kayu itu. Karena kalender kayu itu menggunakan metode “Wuku”. Dimana 30 baris mendatar merupakan urutan wuku seperti, Sinto, Landep, Ukir, Kulantir dan seterusnya. Sedangkan tujuh baris menurun menunjukkan hari seperti, Redite, Soma dan seterusnya. “Untuk mengetahui kalender itu, tidak cukup hanya mendengarkan saja. Tapi perlu belajar khusus” Jelasnya.

Dikatakannya keberadaan kalender tersebut menandakan bahwa masyarakat Bali kuno (Hindu) sudah berpikiran maju, kreatif dan mampu membaca perkembangan zaman yang akan datang. MT-MB