Kadek Doni Riana (KDR) berkeinginan maju menuju Den Bukit 1. 

Buleleng, (Metrobali.com)

Kota Singaraja yang pernah menjadi Ibu Kota Sunda Kecil kerap memiliki seorang pemimpin secara instan hasil dari memamerkan finansial untuk mengelabui masyarakat. Dalam artian terkesan kurang dipersiapkan (dikaderkan) jauh-jauh sebelumnya oleh partai pengusungnya. Sehingga pemimpin yang terpilih secara instan, membuat masyarakat menjadi acuh tak acuh (apatis) manakala pilihannya tidak sesuai harapan. Namun kalau dipersiapkan jauh sebelumnya, maka akan dianggap terlalu prematur mempersiapkan seorang calon pemimpin. Padahal kalau dipersiapkan jauh sebelumnya, banyak hal atau masih banyak memiliki waktu untuk dilakukan, misalnya uji publik, debat publik dan sebagainya, serta teruji elektabilitasnya. Sehingga nantinya terlahir pemimpin yang teruji dan merupakan kehendak rakyat.

Berangkat dari hal tersebut, untuk Kadek Doni Riana (KDR) berkeinginan maju menuju Den Bukit 1. Hanya saja, dalam hal ini tentu melihat dari perkembangan masyarakat dibawah. Yang tentunya masyarakat menginginkan Pemimpin Buleleng kedepan lebih baik lagi dan mampu membawa Buleleng pada kejayaannya masa dulu. Satu sisi bahwa masyarakat Buleleng memimpikan sosok pemimpin yang bisa melayani, mengabdi untuk Buleleng semakin maju. Sehingga kedepannya masyarakat tidak dipertontonkan dengan sebuah birokrasi atau istilahnya dalam tatanan pemerintahan yang sifatnya antara pemerintahan itu jauh dari rakyatnya. Paling tidak sebagai pemimpin itu, bisa dekat dengan masyarakat yang nantinya masyarakatlah bergerak ketika menginginkan suatu perubahan untuk posisi dari sisi ekonomi. Malahan saat ini, masyarakat banyak menginginkan pemerintahan yang bersih dan ada kewibawaan. Tidak ada kesan pemerintah, tebang pilih terhadap pelayanan-pelayanan, baik dari sisi status sosialnya.


“Jadi berangkat dari itu, tentunya banyak pilihan masyarakat yang nantinya akan ada calon pemimpin daerah pada saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang merupakan representatif daripada perwakilan masyarakat, tentu masyarakat akan bisa membawakan aspirasinya kepada siapa nanti yang mereka pilih.” ucap KDR, selasa kemarin. “Dalam hal ini KDR ingin bisa tampil untuk itu. Mudah-mudahan masyarakat bisa memberikan apresiasi kepada KDR menuju Den Bukit 1 ini. Karena apapun kondisi riil dari masyarakat, KDR sangat tahu dan sudah turun jauh-jauh hari berkecimpung dari sisi pelayanan sebagai pengacara yang sudah sering di lapangan menemukan hal-hal yang memang bersinggungan dengan Buleleng untuk kemajuan Buleleng. Namum kalau dipersiapkan jauh sebelumnya, maka akan beralasan terlalu prematur mempersiapkan seorang kepala daerah.” urai KDR.

Lebih lanjut dikatakan disatu sisi juga bahwasannya masyarakat Buleleng ini, agar tidak dipertontonkan dengan pemimlin instan yang siap di publikasi. Sehingga tercekokilah masyarakat dengan pilihan yang tidak sesuai hati nuraninya. “Jadi dari bawahlah yang menentukan bahwa mengalirnya sebuah aspirasi dibentuk oleh opini-opini masyarakat yang berkembang dan itu akan menjadi nyata. Ketika pilihan itu terealisasi dengan munculnya seorang figur yang layak untuk memimpin Buleleng.” tegas KDR.

Merubah kebiasaan memilih seorang pemimpin secara instan, tidaklah mudah. Hal ini dibutuhkan proses pendidikan politik yang benar kepada masyarakat.”Merubah kebiasaan menerima uang Rp 50-100 ribu disetiap pesta demokrasi tidaklah mudah. Hal ini terjadi karena krisis kepercayaan masyarakat begitu tinggi terhadap calon pemimpin yang akan dipilihnya nanti. Tidak heran kalau masyarakat menjadi kecewa terhadap pemimpin yang dipilihnya jauh dari harapan, namun tidak bisa berbuat apa lantaran sudah menerima uang. Hal inilah yang perlu disosialisasikan, bahwa kebiasaan menerima uang diajang pesta demokrasi kurang baik.” pungkas KDR. GS