Jakarta, (Metrobali.com)

Berikut adalah rangkuman kabar terkini seputar invasi Rusia di Ukraina.

Tajuk Utama

* Presiden Vladimir Putin menempatkan sistem penangkal nuklir Rusia dalam siaga tinggi pada Minggu untuk menghadapi pembalasan Barat atas invasi di Ukraina.

* Pejabat Ukraina dan Rusia dijadwalkan mengadakan pembicaraan di sebuah tempat di perbatasan Belarus dengan Ukraina, kata kantor Presiden Volodymyr Zelenskiy pada Minggu.

* Negara-negara Eropa dan Kanada pada Minggu bergerak untuk menutup wilayah udara mereka bagi pesawat Rusia.

* Jepang akan bergabung dengan AS dan negara-negara Barat untuk menutup akses sejumlah bank Rusia ke sistem pembayaran internasional SWIFT.

* Nilai tukar rubel Rusia anjlok hampir 20 persen terhadap dolar AS pada Senin setelah negara-negara Barat menjatuhkan sanksi keras kepada Rusia.

* Produsen minyak dan gas Inggris British Petroleum (BP) memutuskan untuk keluar dari Rusia.

* Uni Eropa akan memperketat sanksi kepada Rusia, menyasar sekutu Rusia, Belarus, dengan berbagai aturan, dan mendanai pengadaan senjata bagi Ukraina untuk membantu negara itu melawan invasi Rusia.

* Rusia menyerang fasilitas-fasilitas minyak dan gas Ukraina, memicu ledakan besar.

* Sedikitnya 352 warga sipil, termasuk 14 anak-anak, tewas dan 1.684 orang luka-luka sejak Rusia mulai menginvasi Ukraina, kata kementerian kesehatan Rusia pada Minggu.

* Pengungsi Ukraina telah memasuki Eropa tengah. Antrean di perbatasan memanjang beberapa kilometer setelah invasi Rusia memaksa 400.000 warga untuk menyelamatkan diri ke luar negeri.

* Lebih dari 5.500 orang telah ditahan selama aksi-aksi protes anti perang di Rusia.

* Ukraina mengajukan gugatan terhadap Rusia di Mahkamah Internasional karena telah keliru menuduh Kiev melakukan genosida.

Kata Mereka

“Tindakan kriminal Rusia terhadap Ukraina menunjukkan tanda-tanda genosida,” kata Presiden Zelenskiy, Minggu.

“Tentu seiring waktu, mereka bersama kita. Mereka adalah bagian dari kita dan kita ingin mereka masuk,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen tentang Ukraina, Minggu.

“Dia anak desa. Dia tak pernah membaca (media bebas). Dia hanya menonton Channel One (televisi pemerintah). Atasannya memberi perintah … Dia (ikut) wajib militer, dia tak bisa menolak,” kata seorang demonstran anti-perang di Moskow tentang adik lelakinya, 18 tahun, yang dikirim ke Ukraina.

Sumber: Reuters