TNI Maju Bergerak Untuk NKRI Dan Rakyat, TNI Bersama Rakyat

 

241216-tni-maju-bergerak-untuk-nkri-dan-rakyat-tni-beserta-rakyat

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo

BELAKANGAN ini Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo rajin bertandang ke kampus-kampus untuk  memaparkan pandangannya sekaligus berdialog dengan warga kampus (civitas academica) tentang perspektif ancaman terhadap bangsa Indonesia atau keindonesiaan kita.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, dalam melakukan kunjungannya ke kampus dengan arahan dan izin Presiden Jokowi, bukan sekadar niat pribadinya. Hal itu antara lain terdorong oleh kehendak untuk memperkuat spirit persatuan dan kesatuan di antara berbagai komponen bangsa, terutama kaum muda sebagai “wajah hari ini dan masa depan bangsa”.

Menjawab pertanyaan apakah TNI tidak dianggap “berpolitik” dengan mendatangi kampus-kampus, Gatot menjelaskan, kedatangannya digerakkan oleh niat positif untuk berbagi pengalaman, pengamatan dan perspektif tentang kondisi kekinian atau realitas aktual bangsa. Menurutnya, sama seperti semua elemen bangsa lainnya, TNI wajib dan patut ikut mencermati perkembangan keadaan pada berbagai level di lingkungan strategis (Lingstra), baik lokal, domestik-nasional, regional (Asia Tenggara dan Asia Pasifik) maupun global-internasional. Jadi, hal ini merupakan bagian dari aktualisasi “politik negara”, bukan politik kekuasaan.

“Tentu saja, materi paparan saya dapat saja disanggah atau dikoreksi secara akademis. Namun, setidaknya (materi itu) dapat dianggap sebagai suatu bahan telaahan strategis yang sedapat mungkin kita letakkan dalam visi ke depan. Analisis itu bisa berguna sebagai wawasan atau warning bagi kaum muda kita untuk lebih tekun belajar, punya sikap mawas diri, menempa jiwa nasionalis dan berpikir jauh ke depan. Bukan hanya terobsesi dengan kepentingan jangka pendek dan kesenangan sesaat. Kaum muda, apalagi yang terpelajar seperti civitas academica di kampus-kampus, harus punya kesadaran bela negara dan bervisi nasionalis,” urai Gatot.

Mantan Pangkostrad itu mengingatkan, bangsa Indonesia dapat merdeka karena pemudanya bersatu bahu-membahu, menanggalkan segala ego kepentingan pribadi dan kelompok, bergotong-royong bersama seluruh lapisan masyarakat untuk berjuang meraih kemerdekaan Indonesia dengan semboyan “merdeka atau mati”.

Gatot mengilustrasikan, tujuh belas tahun setelah tercetusnya Sumpah Pemuda 1928, bangsa Indonesia dengan menggunakan senjata sangat sederhana dan apa adanya berhasil mengusir Belanda dari bumi Indonesia. Itu bisa terjadi karena kaum muda digelorakan oleh semangat berjuangan dan dibakar oleh api patriotisme, mencintai tanah air dan bangsanya.

Dalam situasi dewasa ini, spirit perjuangan dan persatuan semacam itu harus dikobarkan kembali di dalam jiwa kaum muda Indonesia, karena bangsa kita dihadapkan dengan berbagai tantangan dan potensi ancaman yang kian kompleks.

“Tantangan dan ancaman terhadap keindonesiaan kita, terhadap ke-bhineka-tunggal-ika-an kita, bukan makin mudah melainkan makin berat dan kompleks pada masa kini maupun terutama pada masa depan. Itulah mengapa saya menggambarkan persepsi dan perspektif ancaman bangsa dengan melakukan visualisasi keadaan bangsa bahkan dunia pada beberapa puluh tahun ke depan, dikaitkan dengan krisis air, pangan dan energi,” jelas Gatot.

Sebagai Panglima TNI beliau menyampaikan bahwa bangsa Indonesia memiliki beraneka bahasa daerah, suku, ras, budaya dan agama, namun keanekaan itu tidak pernah menjadi alasan untuk terpecah-belah. Hal itu terjadi karena Indonesia berlandaskan Pancasila, diikat dengan spirit Pembukaan UUD 45, dan memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan center of gravity sebagai pemersatu bangsa.

Punya “Gen Patriot”

Menurut Panglima TNI, dalam berbagai kesempatan dia selalu mengatakan, bangsa Indonesia tidak dapat diganggu dan dirusak dari luar. Jika diusik, rakyat Indonesia pasti bersatu dan menjadi kekuatan yang padu. Hal itu dikarenakan rakyat Indonesia memiliki karakter dan ‘gen’ ksatria yang sangat militan dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. Namun, dia mengingatkan, seringkali ancaman yang lebih berbahaya justru datang dari dalam negeri sendiri. Kehancuran kerap bisa timbul karena rongrongan dari dalam ‘rumah sendiri’.

Sejarah telah membuktikan, lanjut Gatot, bahwa Sriwijaya dan Majapahit yang begitu berjaya dan menguasai wilayah yang sangat luas hingga ke Selat Malaka bahkan Madagaskar dapat punah, karena rongrongan dari dalam. Berangkat dari sejarah tersebut, maka pemuda Indonesia harus bersatu dan tetap mempertahankan NKRI sampai kapanpun.

Ancaman terhadap posisi Indonesia sebagai negara equator  yang sangat kaya akan sumber daya alam adalah warning yang perlu diwaspadai dan patut menjadi perhatian khusus bangsa Indonesia di masa yang akan datang,” ujarnya. Ancaman itu dapat berasal dari luar dan dapat juga dari dalam negeri. Bisa juga karena kombinasi atau kolaborasi antara keduanya.

“Mari kita lihat yang paling ‘dekat’. Dari perspektif ancaman, kita sudah tahu bahwa 12 Juli 2016 lalu pengadilan arbitrase internasional menolak klaim Tiongkok atas haknya di Laut Cina Selatan. Tapi Tiongkok tidak menggubrisnya. Tentu saja, kita perlu mewaspadai teritori kita di Kepulauan Natuna, apalagi Tiongkok berencana membangun pulau buatan tidak jauh dari Natuna. Implikasinya, dia bisa saja mengklaim ZEE-nya hingga ke perairan sekitar Natuna. Perhatikan, kapal nelayan Tiongkok yang beberapa kali kita tangkap itu selalu dalam kawalan atau pantauan Kapal Penjaga Pantai (Coast Guard). Itu berarti, dia menganggap perairan ini bagian dari teritorinya,” urai Gatot.

Lalu, kedua, Indonesia dikelilingi persemakmuran Inggris, yaitu Malaysia, Singapura, Australia, dan New Zealand yang secara geostrategis dinilai rawan konflik. Kalau kita ada masalah dengan salah satu negara, yang lain pun pasti tergerak membantu.

“Secara internal, dari dalam negeri kita sendiri, terorisme adalah ancaman yang begitu nyata. Itu ancaman di depan mata kita, menjadi musuh bersama kita sebagai bangsa. Kita tahu, Indonesia menjadi tempat paling aman bagi teroris bersembunyi,” tutur Jenderal Gatot.

Dia menambahkan, ancaman lain dari dalam negeri adalah merebak luasnya narkoba. Narkoba adalah ancaman dan bahaya nyata bagi bangsa ini. Salah satu dampak buruknya adalah memperlemah dan merusak ketahanan mental bangsa terutama kaum muda. Gatot menggambarkan, pada tahun 1800 Tiongkok sangat kuat melawan Inggris dan Prancis. Namun setelah menggunakan candu Tiongkok pun kalah. Maka lepaslah Taiwan, Hongkong, dan Makau.

“Saya berikan data saja. Tahun 2016 ada dua persen penduduk Indonesia meninggal karena gunakan narkoba. 15 ribu di antaranya meninggal dunia tiap tahun. Barang sitaan BNN pun terus meningkat. Tahun 2013 sebanyak 542 kilogram, tahun 2014 menjadi 1,1 ton. Lalu tahun 2015 sudah menjadi 4,5 ton,” bebernya.

Terakhir, Jenderal Gatot melukiskan Indonesia ibarat gadis yang seksi. Dengan posisi geografis yang tampan, mengandung aneka kekayaan sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang banyak sebagai target pasar, keindahan alam yang serba mempesona, tempat berbagai vegetasi hidup dan berkembang biak, sumber daya kelautan yang masih potensial maupun sudah diolah, memiliki garis pantai terpanjang, Indonesia ibaratnya “gadis yang seksi dan magnetis” bagi berbagai negara di dunia.

“Mari kita ingat wawasan Presiden Soekarno tentang hal ini. Bung Karno mengingatkan, kekayaan Indonesia akan membuat iri negara lain. Begitu pula Pak Jokowi mengatakan, kekayaan ini bisa menjadi petaka. Itu sebabnya, kita perlu mewaspadai kemungkinan adanya pihak-pihak yang ingin memecah-belah bangsa kita demi agenda tersembunyi mereka. Kita harus mawas diri, bersatu, solid dan tangguh sebagai bangsa dalam wadah NKRI,” imbuh Panglima TNI.

Saat ditanya tentang rumor politik yang beredar belakangan ini, khususnya yang mengaitkan potensi, kemampuan dan peluang dirinya menjadi calon pimpinan nasional mendatang, Gatot menegaskan, “Itu cara berpikir politisi. Saya ini tentara, bukan politisi.”

“Sebagai Panglima TNI tugas pokok saya adalah mengurus dan membangun TNI agar makin profesional. Sebagai tentara, kami tetap terbuka mata dan peka pada perkembangan bangsa. Tentu TNI ikut di garda terdepan tatkala muncul tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan serius bagi bangsa. Menghadapi bencana alam saja kami selalu ada di garis depan, apalagi dalam menyikapi ancaman terhadap keutuhan NKRI,” pungkas Jenderal Gatot. RED-MB