Bangli (Metrobali.com) – Ini kabar yang sangat menggembirakan bagai petani jeruk Kintamani. Pasalnya, saat ini harga jeruk dinilai mencapai harga tertinggi sejak dua tahun belakangan ini. Namun sayang, musim panen ini tidak semua petani jeruk Kintamani yang berhasil memanen buah jeruknya secara optimal mengingat produksi buah jeruk Kintamani saat ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Saat ini harga jeruk berkisar antara Rp 6 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogram,” ungkap I Ketut Sandia, salah seorang petani jeruk asal Manikliyu ditemui beberapa waktu lalu.

Menurut Sandia, kuat dugaan pemicu naiknya harga jeruk di pasaran tersebut adalah minimnya produksi jeruk di luar Bali seperti Banyuwangi atau jeruk Banjarmasin . Dengan demikian, stok di pasaran khususnya di kota besar di Jawa mengalami penurunan. “Kemungkinan saingan kita tak ada akibat belum musim panen atau mungkin gagal panen,” ungkapnya.

Namun sayang, lanjutnya, di balik melambungnya harga jeruk Kintamani tersebut tidak memberikan kontribusi maksimal bagi petani jeruk. Pasalnya, menurut Sandia pada musim panen tahun ini tidak semua petani jeruk yang berhasil panen dengan baik lantaran terjadinya penurunan produksi jeruk. “Ya, hanya beberapa orang saja yang bisa menikmati hasil panen jeruk saat ini. Kebanyakan petani gagal panen tahun ini,” katanya.

Pantauan di sejumlah desa penghasil jeruk di Kintamani, sejak seminggu belakangan ini memang menunjukkan mulainya gairah petani jeruk. Sejumlah pengepul jeruk yang sebelumnya hanya mengandalkan warga lokal kini langsung datang ke petani untuk melakukan transaksi sehingga hal ini mengurangi aktivitas di pasar jeruk Kintamani.

Diperkirakan puncak panen raya jeruk akan berlangsung pada Agustus dan September mendatang. Jika harga tetap konsisten, maka ini akan memberikan manfaat besar bagi peningkatan ekonomi petani.