Ratusan koin kepeng kuno yang dikenal sebagai pis bolong di Bali, sempat dipamerkan di PKB 2012 lalu. Banyak yang berasal dari Cina. Inilah jejaknya di Bali.

KOIN-KOIN itu berasal dari beberapa periode. Yang tertua berangka tahun 178 Sebelum Masehi (SM). Mereka berasal dari berbagai jenis koin kepeng yang berasal dari beberapa negara, tak hanya Cina, tapi juga Jepang, Vietnam, dan Korea.

Di Bali, koin kepeng dianggap sebagai simbol kemakmuran. Umat Hindu Bali selalu menggunakan koin dalam perayaan keagamaan. Tradisi ini diyakini telah dibawa pada abad ke-11 oleh Tang Ci Keng, seorang putri dari Dinasti Song, Cina, yang menikah dengan raja Bali, Sri Jaya Pangus.

“Namun, saya telah menemukan beberapa koin kepeng lama dari masa sebelum abad ke-11. Ini berarti bahwa Bali memiliki hubungan perdagangan dengan Cina ratusan tahun sebelum itu,” terang sang kolektor, I Dewa Nyoman Putra Harthawan, Jumat (29/6). Koin-koin kepeng dari negara lain, di samping Cina, konon dibawa oleh pedagang Cina yang telah berkeliling dunia sebelum tiba di Bali.

Selama ini, pemahaman masyarakat tentang koin kepeng, khususnya koin kepeng Cina, hanya sebatas bulat melambangkan windu dan terbuat dari bahan pancadattu (lima unsur logam). Pemahaman ini, menurut Harthawan masih dangkal, mengingat koin kepeng Cina sudah digunakan di Bali sejak ratusan tahun lalu dan kini masih menunjukkan eksistensi dengan digunakannya sebagai sarana upakara.

Penempatan koin kepeng Cina sebagai sarana upakara, ada yang berfungsi sebagai sesari, pemogpog, pengurip-urip dan berperan sebagai simbol. Sebagai sesari, koin kepeng merupakan perwujudan nilai yang menjadi intisari sebuah persembahan.

Dari seluruh perjalanan historis koin kepeng Cina, banyak tanda-tanda yang memperlihatkan bahwa mereka sulit atau tidak mungkin diganti dengan benda atau uang lain. Hal ini bisa diketahui ketika masyarakat Bali masih menggunakan koin kepeng Cina sebagai alat pembayaran sah dengan satuan nilai disebut keteng, maka jumlah sesari itu diwujudkan dalam satuan keteng.

Tetapi ketika masyarakat Bali mulai menggunakan uang Hindia Belanda sebagai uang kartal, bersama-sama dengan koin kepeng Cina, masyarakat tetap bertahan memakai koin kepeng Cina sebagai sesari. Uang Hindia Belanda dengan satuan nilai terkecil sen atau peser, tak mampu menggeser kedudukan koin kepeng sebagai sesari secara menyeluruh. Begitu juga ketika masyarakat Bali secara mantap menggunakan uang Republik Indonesia yang diterbitkan Bank Indonesia dengan satuan nilai rupiah.

Pameran ini juga menampilkan beberapa koin kepeng yang diproduksi lokal di masa Kerajaan Majapahit, Banten Raya, dan Palembang Raya. Koin kepeng itu tidak diproduksi sebagai alat pertukaran dalam kegiatan perdagangan, tetapi hanya sebagai simbol kebesaran dan kemuliaan.

Berbeda dengan koin Cina yang menggunakan karakter Cina, koin kepeng kuno yang diproduksi di era Kerajaan Majapahit menunjukkan relief candi, yang disebut Gobog Majapahit. Sementara koin di Banten dan Palembang era itu menunjukkan beberapa kata dengan karakter Jawa atau Arab.

“Ini menunjukkan fakta bahwa Bali dulu memiliki hubungan tertutup dengan Banten dan Palembang di masa kerajaan,” kata penulis buku berjudul Uang Kepeng Cina dalam Ritual Masyarakat Bali ini.

Di antara koin kepeng yang dipamerkan, ada beberapa koin bertuah, yang dipercaya  dapat membawa keberuntungan bagi mereka yang memilikinya. Karena kekuatannya tak terlihat, kata Harthawan, beberapa orang menggunakannya sebagai jimat.

Semua koin kepeng tersebut dikumpulkan Harthawan sejak tahun 2004. “Saya mengumpulkannya karena hobi. Saya ditantang untuk menemukan lebih banyak koin setiap hari,” ungkap Dosen Luar Biasa di Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra UNUD ini.

Pria kelahiran Desa Tegal Tugu, Gianyar, ini juga menunjukkan berbagai jenis tiruan koin kepeng. Tiruan itu diproduksi oleh beberapa pengrajin di Bali serta Jawa Timur. Sejak beberapa tahun lalu, koin-koin kepeng Cina tidak lagi tersedia. Inilah alasan mengapa mereka memproduksi duplikatnya.

Jika digabungkan temuan koin kepeng Cina dari Balai Arkeologi Denpasar, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali, Museum Bali dan kolektor koin kepeng, ternyata jumlah koin kepeng Cina di Bali dari masa Dinasti Qing memiliki jumlah terbanyak, 5.915 keping (78,86%) dari seluruh koin kepeng Cina yang ditemukan di Bali. Dari masa Dinasti Song sebanyak 1.271 keping (16,95%), masa Dinasti Ming 199 keping (2,65%), masa Dinasti Tang 94 keping (1,25%), masa Dinasti Han 14 keping (0,19%) dan masa Dinasti Yuan sebanyak 7 keping (0,09%). GAB-MB