Ilustrasi

 

Denpasar, (Metrobali.com)

Tahura Ngurah Rai dengan hamparan hutan Bakaunya, telah menjadi simbol Indonesia dalam diplomasi global tentang isu: penyelamatan lingkungan, upaya pengendalian krisis iklim dan pengembangan pembangunan zerro karbon.

“Bahkan dalam acara G20, di hari kedua, 16 November 2023, semua kepala negara secara simbolik menanam bakau dalam kawasan Tahura tsb., dan kemudian dirumuskan dalam Kesepakatan G20 Bali tentang: strategi pembangunan yang konsen dengan EBT (Energi Baru Terbarukan), pembangunan rendah karbon dan rintisan ekonomi hijau,” kata pengamat ekonomi dan politik Jro Gde Sudibya, Kamis 27 April 2023.

Dikatakan, sudah semestinya simbol ramah lingkungan global ini, tidak dicederai, dengan merubah peruntukan 12 ha hutan bakau dari fungsi lindung menjadi fungsi khusus, untuk Tersus LND di Sidakarya. Timbul citra publik di tingkat global, bahwa pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo tidak konsisten dengan kebijakannya berkaitan dengan isu lingkungan.

Rencana Tersus ini, kata Jro Gde Sudibya berada di lingkungan Pura: Dalem Pengembak, Mertha Sari dan Petirtan Tirtha Empul, “jejer kimiri pura tua”, yang harus dijaga keasrian lingkungan alamnya dan juga kesuciannya.

Dikatakan, mereka yang paham sejarah otentik Dresta Bali, semestinya mempertahankan kawasan suci ini, dari segala macam bentuk intervensi atas nama pembangunan. Prasasti Blanjong yang tersimpan di “palebahan: tsb. bisa dijadikan rujukan dharma krama Bali untuk menjaga kesucian kawasan tsb.

Lebih lanjut dikatakan, situs-situs budaya dan sistem keyakinan yang melekat padanya, semestinya dihormati terutama oleh krama pengempon pura tsb.dan juga seluruh masyarakat Bali, yang terus berjuang menjaga keutamaan dan kesucian Pura dan lingkungannya, yang diwariskan oleh para leluhurnya.

“Janganlah pragmatisme ekonomi untuk kepentingan orang per orang, mengorbankan situs peradaban yang seharusnya dimulyakan,” katanya. ( Adi Putra)