Ironi Taksu “Sound System & Lighting” PKB 2013
Dalam konteks ini, artinya bahwa semangat pengadaan sound system & lighting untuk meringankan beban seniman supaya mampu memberikan sajian seni pertunjukan secara maksimal seakan belum mampu terjawab dengan baik dalam PKB tahun ini. Bahkan, terkesan sound system & lighting dengan harga miliaran rupiah belum sepenuhnya dapat melayani kebutuhan seni pertunjukan yang telah diagendakan selama sebulan penuh dalam PKB tahun ini, yang mengusung tema Taksu: Membangkitkan Daya Kreatif dan Jati Diri. Sebut saja seperti kegiatan pementasan seni pertunjukan Drama Musikal Pramusti Bali dan Parade Lagu Daerah Bali, misalnya, yang rupanya terpaksa masih harus menyewa sound system & lighting untuk memenuhi perlengkapan dari kebutuhan pemanggungannya. Padahal, di sisi lain kalangan seniman dituntut tampil totalitas dalam semangat ngayah tulus iklas tanpa pamrih dengan bantuan dana operasional yang amat sangat terbatas.
Ironisnya, realitas dari fenomena ini seakan bertolak belakang dengan pernyataan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika dalam pelaksanaan PKB ke-34 tahun lalu yang dengan tegas selalu mengingatkan Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Bali agar memanfaatkan sound system & lighting yang telah disediakan dan tidak boleh menyewa lagi, serta jangan pernah membebani kalangan seniman. Artinya, segala kebutuhan pemanggungan merupakan tanggungjawab penuh pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan Bali dengan seluruh jajarannya sebagai pihak penyelenggara. Kalangan seniman harus diperhatikan dengan lebih baik dan dimuliakan sebagai penyangga utama konstruksi PKB.
Terlebih lagi, gubernur Bali bahkan dalam rapat pleno PKB tahun ini selalu mengingatkan bahwa evaluasi dari seluruh unsur penyelenggaran tetap harus dilakukan sebagai pedoman untuk pelaksanaan kegiatan serupa tahun depan, agar lebih baik terutama dalam kualitas penyelenggaraan, peningkatan partisipasi peserta, serta animo masyarakat hingga aspek-aspek teknis yang lebih konstruktif, sinergis dan koordinatif. Dalam rangka peningkatan kualitas dan karakter bangsa terutama sumber daya masyarakat Bali. Hal ini mengingat PKB sebagai penyangga utama dan pengawal peradaban Bali sekaligus media publik untuk meneguhkan komitmen dalam penggalian, pelestarian dan pengembangan seni budaya Bali ke depan demi mewujudkan masyarakat Bali yang aman, damai dan sejahtera.
Lantas, masih beranikah para tim pengawas dan pengamat independen, termasuk tim kurator PKB tahun ini melakukan kritisi yang cerdas, bernas dan jujur dalam konteks penguatan ruh dan taksu kebudayaan bangsa berbasis kearifan seni budaya lokal khas Bali, sebagai daya saing bangsa secara global dalam industri kepariwisataan dunia. Inilah tantangan mahadasyat dari seluruh komponen masyarakat Bali terutamanya kalangan kepanitian PKB tahun ini.
Di samping itu, persoalannya, apakah para elite penguasa pemangku kebijakan selaku pemimpin masih punya nyali besar ataupun keberanian dan kepatuhan serta ketaatan untuk menegakkan hukum negara demi melindungi dan mengayomi kepentingan khayalak publik, kalangan masyarakat dalam arti seluas-luasnya dari tekanan hegemoni persekusi etnisitas masyarakat dari kelompok internal tertentu dalam ekologi desa pekraman secara konkret dan nyata. Selain itu, adakah kemauan kuat untuk membela kepentingan atas hak mutlak para seniman dalam mengapresiasi karya kreatifnya dalam PKB selanjutnya.
Inilah ujian kompetensi secara mutlak dari kepemimpinan Bali saat ini, yang dituntut memiliki kemampuan untuk merumuskan sasaran dengan jelas, serta langkah yang tepat untuk mencapai suatu tujuan dengan kewenangan secara konstruktif. Terutama dalam mengonstruksi PKB setiap tahun sebagai pilar utama meningkatkan upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa berbasis kearifan budaya lokal khas Bali. Jika kepemimpinan Bali gagal mendorong karakter konstruktif yang kolektif, santun, damai dan bermartabat serta mengakselerasi sikap dan perilaku publik yang simpatik sudah dapat diyakini dan bahkan dipastikan bahwa denyut nadi kehidupan seni budaya bangsa khususnya kearifan lokal khas Bali akan semakin termarjinalisasi dalam pergaulan internasional. WB-MB
2 Komentar
Ulasan yang sangat bagus. ROH PKB mestinya di kembalikan. PKB semestinya hiburan untuk rakyat dan wadah para seniman tanpa dipungut apapun atau gratis bukan ajang untuk mendapatkan keuntungan sekelompok golongan tertentu.
Memang semua sekarang ini dikomersialkan untuk kantong duit pribadi.
Pemerintah dalam hal ini pemangku kebijakan cuma sebatas wacana. Jauh panggang dari api….Kita tunggu aksi nyata..
Bagus banget info ini ….Thanx ya !!!!
Klo agan mau belajar mengatasi masalah sound system,feedback,noise dll. bisa juga lihat www.operator-sound.com atau www.soundsystemschool.com
CP : 021 93930555 / 08998100555.
Good Luck.