Denpasar (Metrobali.com)-

Investor bursa saham di Bali mengalami peningkatan selama semester I tahun 2012 hingga mencapai 14 persen. Meski tidak begitu besar, namun potensi bermain bursa saham di Bali masih prospektif ke depannya.

Kepala Kantor Pusat Informasi Pasar Modal (PIMP) Bali I Gusti Agung Alit Nityaryana  mengatakan data yang dihimpun oleh pihaknya sejak dibuka pada tahun September 2010 hingga akhir tahun 2011 jumlah investor bursa efek saham mencapai 2.551. Jumlah tersebut, merupakan jumlah dari yang berdomisili dan ber-KTP di Bali.

Jika dibagi dalam persentase, Agung Alit menyebutkan diantaranya berada di wilayah Denpasar sebanyak 73,82 persen, Badung 12,63 persen, dan Buleleng 3,55 persen. Dari jumlah total tersebut, dibandingkan jumlah total penduduk di Bali sebesar 3,8 juta orang, belum mampu mencapai 0,1 persen.

Kendati demikian menurut data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyebutkan jumlah investor saham yang berasal dari Bali mencapai 4.363 atau hampir naik 2 kali lipat dari yang didata PIPM Bali.

 “Masyarakat Bali masih trauma dengan investasi bodong yang terjadi beberapa waktu lalu seperti kasus Balicone dan Koperasi Karangasem Membangun (KKM),” kata Agung Alit, Sabtu 14 Juli 2012.

 Masyarakat Bali, kata dia, lebih tertarik kepada investasi di bidang properti dan emas. Hal ini diperkirakan karena tingginya harga tanah di Bali, sehingga menarik banyak minat orang untuk berinvestasi. Meski demikian, menurutnya tidak menyurutkan upayanya untuk menarik berinvestasi di pasar modal.

“Kami terus berupaya melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa investasi ini dijamin aman diantaranya dengan melakukan edukasi sekolah pasar modal dua kali setiap bulannya,” ujar Agung Alit.

Mengenai jumlah investor asing yang bertransaksi di pasar modal, jumlahnya tak banyak dibanding investor lokal.

Hal ini berbeda dengan jumlah proporsi kepemilikan saham di Bursa Efek Indonesia  (BEI), di mana investor asing menguasai sebanyak 58,43 persen dengan nilai investasi Rp1,29 triliun, sedangkan investor lokal memiliki kepemilikan saham sebesar 41,5 persen dengan nilai investasi mencapai Rp921,3 miliar.

Kendati demikian, secara berangsur pertahun jumlah investor lokal mengalami peningkatan, baik secara volume maupun kepemilikan saham. Tercatat semenjak tahun 2009 dari jumlah nilai investasi lokal sebesar Rp378 miliar dan kepemilikan saham 32,90 persen mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 37,20 persen dengan nilai investasi Rp701 miliar dan tahun 2011 dengan nilai investasi sebesar Rp839 miliar dan jumlah kepemilikan sahamnya sebesar 40,14 persen.

Dalam perkembangannya hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham asing mulai berkurang meski dalam jumlah volumenya terus meningkat. Hal ini dinilai cukup bagus karena mengurangi resiko terjadinya anjloknya pasar modal jika sewaktu-waktu investor asing mendadak menjual sahamnya. BOB-MB