Denpasar (Metrobali.com)-

Para pelaku industri di Bali dituntut memperkuat desain produk dalam menghadapi era perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara pada 2015.

“Kondisi di Bali, bahan baku sangat terbatas bagi industri sehingga para pelaku usaha harus memperkuat desai produk dan kemasannya,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Ni Wayan Kusumawathi di Denpasar, Kamis (18/7).

Menurut dia, selain itu dalam menghadapi perdagangan bebas tersebut, industri dituntut untuk memperpendek mata rantai perdagangan.

Salah satu caranya adalah dengan memperkuat citra produksi dalam negeri yang bertujuan untuk melindungi konsumen.

Hal senada dikatakan I Made Raka Metra selaku Direktur Design Development Organization (DDO) Bali. Dia mengatakan, desain itu menjadi keharusan untuk menentukan arah pasar.

“Tapi kenyataannya, cukup banyak pelaku industri kerajinan kurang mengenal pentingnya desain,” ujarnya.

Dia menilai sudah saatnya di Bali terdapat sekolah khusus tentang ilmu desain.

“Desainer daerah biasanya hanya terfokus pada bidang industri busana dan properti, sudah saatnya ada yang fokus ke bidang produk,” ucapnya.

Sementara itu, Wakil Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Yovita Suryani mengatakan, pemerintah membantu pelaku IKM dalam pengadaan peralatan produksi dengan memberikan subsidi.

“Sejak tahun lalu, subsidi terstrukturisasi untuk mesin produksi diberikan sebesar 40 persen dari harga peralatan, namun hanya yang diproduksi di dalam negeri,” katanya.

Sementara peralatan yang berasal dari luar negeri, 75 persen dananya harus ditanggung sendiri oleh pelaku usaha tersebut. AN-MB