Kuta (Metrobali.com)-

Negara Indonesia masih menghadapi berbagai konflik bernuansa suku, agama, ras serta kecenderungan gerakan yang ingin memisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, kata Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPB) Provinsi Bali I Gusti Bagus Made Wiradharma.

“Era reformasi tidak saja mengarah perubahan dalam tatanan politik, tetapi di sejumlah daerah ada keinginan untuk mendapatkan hak otonomi khusus. Bahkan ancaman tersebut menimbulkan konflik-konflik yang berbau SARA,” kata I Gusti Bagus Made Wiradharma, saat memberi materi Konsolidasi, Monitoring dan Evaluasi PKP Kabupatan dan Kota di Kuta, Bali, Senin (1/7).

Ia mengatakan bila konflik tersebut tidak dikelola dengan baik, akibat akumulasi permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang tindih.

“Permasalahan ini harus dikelola dengan baik oleh masyarakat dan instansi terkait dalam upaya meredam konflik tersebut. Tentu dengan sikap bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar permasalahan,” kata Wiradharma yang juga Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Wira Bhakti Denpasar.

Ia mengatakan ancaman terhadap perpecahan dan memisahkan dari NKRI menjadi permasalahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun munculnya semakin kuat ketika masa transisi dari orde baru ke zaman reformasi.

“Ini sudah menjadi permasalahan bangsa dan negara, tetapi semakin mencuat ketika era reformasi. Karena seiring semangat otonomi daerah memacu daerah-daerah yang memiliki potensi kekhususan dan sumber daya alam ingin mendapatkan hak tersebut untuk dapat mengelola daerahnya,” ucap mantan Ketua DPD KNPI Bali itu.

Permasalahan negara yang begitu kompleks, kata dia, semua warga negara harus memahami arah dan tujuan negara, seperti yang dirancang oleh pendiri bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteran sosial dan kedamaian dunia.

“Karena itu mari kita bersama-sama memahami tujuan dari negara dan bangsa Indonesia. Dan kami harapkan melalui Forum Pembauran Kebangsaan ini dapat menyatukan persepsi masyarakat dalam mewujudkan cita-cita bangsa yang lebih maju dan menghilangkan konflik yang bernuansa SARA,” katanya. INT-MB