Foto: Politisi NasDem Anak Agung Ngurah Gede Widiada (kanan) saat bersama Duka Jaya Ketua Komunitas Suka Duka di Buleleng menikmati keindahan air terjun di Desa Sambangan, Buleleng.

Buleleng (Metrobali.com)-

Kabupaten Buleleng memiliki potensi wisata alam yang masih banyak terpendam dan belum tergali optimal. Salah satunya potensi wisata air terjun yang juga berpadu dengan wisata spiritual yang bisa ditemui di sejumlah titik.

Politisi NasDem Anak Agung Ngurah Gede Widiada yang berkesempatan menghabiskan week end pada Minggu (22/5/2022) dalam kegiatan tracking menyusuri hutan dan air terjun bersama salah satu Komunitas Suka Duka di Buleleng yang diketuai Duka Jaya mengaku terkesan dengan suasana alam dan air terjun yang ada di Desa Sambangan, Singajara, Buleleng.

“Saya lihat potensi ekonomi ekowisata, dan wisata spiritual disini luar biasa namun belum tergali optimal,” kata politisi NasDem yang akrab disapa Gung Widiada ini.

Dalam kegiatan week end bersama Komunitas Suka Duka ini, Gung Widiada yang juga merupakan Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu (Ketua Bappilu) DPW Partai NasDem Provinsi Bali ditemani salah satu pengurus DPW NasDem Bali yakni I Made Dwi Atmiko Aristianto dan disambut hangat Duka Jaya yang merupakan tokoh masyarakat setempat sekaligus pengusaha yang juga seorang kader NasDem di Buleleng.

Acara santai penuh kebersamaan dan tidak ada unsur kegiatan politik ini diawali makan pagi bersama di Eco Restoran Village Sambangan. Lalu Gung Widiada juga berkesempatan melakukan aksi pelestarian lingkungan dengan penanaman pohon bersama tepatnya bibit pohon buah durian di tanah milik Desa Adat Sambangan yang disebut dengan Hutan Bumi Mebanten yang mempunyai luas 3 hektar.

 

Hutan Bumi Mebanten digunakan untuk melestarikan tanam buah oleh warga dan petani setempat. Di sela-sela penanaman pohon Gung Widiada juga berbincang-bincang dengan petani setempat.

“Kita ikut bersama menanam pohon sebagai wujud kesadaran ikut mendukung program pemerintah melestarikan lingkungan dan sekaligus melestarikan hutan. Ini juga sebagai bentuk komitmen dukungan NasDem melestarikan lingkungan,” kata politisi senior NasDem yang juga Anggota DPRD Kota Denpasar ini.

Usai menanam pohon, Gung Widiada dan komunitas melanjutkan perjalanan tracking ke lokasi air terjun yang masih berada di areal hutan. Panglingsir Puri Peguyangan Denpasar ini mengaku terkesan dengan keasrian alam dan suasana menenangkan yang bisa dinikmati di lokasi air terjun dan sekitarnya.

Gung Widiada juga mengibarkan bendera NasDem di potensi air terjun yang belum tergali ini dengan harapan NasDem juga bisa memberikan sumbangsih untuk pengembangan ekowisata di daerah ini.

“Saya pertama kali datang kesini dan ternyata di Desa Sambangan dan sekitarnya punya potensi terpendam, suasana religius di dalam hutan dan potensi air terjun yang belum dikelola,” ungkap Gung Widiada.

Menurutnya, sebenarnya keberadaan air terjun ini sudah mulai dikenal oleh wisatawan asing. Bahkan ada beberapa orang asing yang tinggal menetap di sekitar pinggiran hutan untuk merasakan suasana alam pedesaan yang tentu memberikan suasana nyaman dan tenang.

Namun memang sayangnya potensi wisata alam dan wisata spiritual di tempat ini belum terkelola. Untuk itu diharapkan ada perhatian dari pemerintah. “Ini perlu mendapatkan sentuhan dan perhatian pemerintah salah satunya dengan dukungan infrastruktur,” harap Gung Widiada.

Tokoh masyarakat dan warga setempat juga sebenarnya punya mimpi besar dan harapan yang membuncah potensi wisata di tempat mereka bisa dikelola dan tentunya dengan dukungan dari pemerintah dan para stakeholder terkait.

“Saya ngobrol dengan Bapak Angga selaku Ketua BUMDES setempat yang juga seorang konsultan bisnis. Beliau punya obsesi melestarikan wilayah Sambangan tetap jadi ekowisata dan kita dukung penuh itu,” tutur Gung Widiada yang juga Ketua Fraksi NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar ini.

Gung Widiada lantas berharap ada komitmen dari pemerintah dengan dukungan berbagai pihak seperti pelaku pariwisata, partai politik, komunitas, LSM dan lainnya untuk ikut menggali potensi wisata yang ada, melestarikan kawasan hutan jangan sampai dieksploitasi dan memberikan dukungan kepada desa adat membangun wilayahnya.

“Potensi ekowisata kita garap serius tapi jangan sampai hutan dijamah eksploitasi kepentingan yang semata-mata menghasilkan uang. Ketika pariwisata berkembang, kita juga harapkan tanah desa adat yang digunakan untuk melestarikan tanaman buah jangan sampai dijual kepada investor, harus tetap diperhatankan,” pungkas Gung Widiada. (dan)