Gianyar (Metrobali.com) –

Fokus Pemerintah Provinsi Bali dalam upaya melakukan pemulihan ekonomi pasca pandemi adalah menggerakkan serta memberdayakan seluruh komponen masyarakat agar dapat memiliki peluang dan kemampuan ekonominya secara mandiri dan berkelanjutan (sustainable).

Demikian pula halnya dengan visi dan misi Inkubator bisnis HAWK Academy untuk melahirkan serta mempertajam kemampuan para startup lokal Maupun small medium enterprise (SME) untuk merawat inovasi dan kreativitasnya agar berjalan secara berkesinambungan.

“Terpenting adalah bagaimana startup lokal tersebut menjalankan rencana bisnisnya secara prudent sehingga visible dengan minat investor,” kata Eko Yulianto, Founder HAWK Academy disela-sela kegiatan The Startup Weekend: Surf or Drown Hawk Leadership Champ 1.0, yang berlangsung pada 15-16 Januari 2022 di Tree House Ubud, Gianyar-Bali. bekerjasama dengan Inkubator Bisnis Universitas Hindu Indonesia.

Pihaknya juga tengah berupaya membangun wadah untuk mempertemukan para startup unggulan dengan angle investor. Sebab seperti pada umumnya masalah krusial dari startup pemula adalah terkait masalah akses pendanaan.

“Kami mengamati para startup dan SME tidak memikirkan kelangsungan jangka panjang, ini kelemahannya, banyak dari mereka yang kerap hanya memikirkan keuntungan jangka pendek, lalu bagaimana kelanjutan bisnis mereka pada 3 tahun mendatang? apakah nantinya mampu bertahan atau malah tersingkir oleh kompetitor? maka disinilah kami dari HAWK Academy hadir untuk memberikan bimbingan pelatihan dan supervisi”.

Menurutnya hal tersebut dampak dari euphoria dari sosial media yang kerap hanya mementingkan keuntungan bisnis semata secara instan.

HAWK adalah kepanjangan dari Help Aquire Wealth Trough Knowledge yang artinya suatu institusi yang membantu memperoleh kekayaan melalui pengetahuan dan menjadi wadah pendampingan para inkubator bisnis dan SME yang bergerak secara holistik dan sustainable. “Kami berasal dari 7 orang dari disiplin ilmu dan model bisnis yang berbeda namun kompak dan setara dalam pengambilan keputusan” jelas Eko.

Ada sesuatu yang menarik dari Kerjasama pelatihan dengan Inkubator Bisnis UNHI ini salah satunya yaitu terinisiasinya inspirasi ‘business plan’ pembuatan kaki palsu yang dihasilkan dari limbah plastik yang nantinya akan didonasikan secara gratis kepada kaum disabilitas.

“Mereka hanya mengambil profit dari item produksi lain seperti pembuatan meja, kursi dan lemari dari limbah plastik untuk kebutuhan hotel, villa bahkan untuk kebutuhan rumah tangga, ternyata hanya dengan produksi tersebut mampu meraih margin provit sampai dengan 30%,” terang Ajik Jaen Saputra, Founder HAWK Academy lainnya.

Artinya mereka mengurangi dampak lingkungan dari sampah plastik menjadi sebuah opportunity bisnis yang lalu digunakan untuk kepentingan sosial.

“Tentunya ada nilai positif dari sisi kemanusiaan dan lingkungan,” tutur Ajik Jaen.

Inisiatif brilian startup lainnya adalah produksi ice cream untuk konsumsi pasien di rumah sakit, “Jadi, mereka memproduksi ice cream yang sehat untuk kebutuhan pasien yang sedang di opname di rumah sakit”.

HAWK Academy lahir dari kegalauan pihaknya melihat belum adanya supervisi yang ‘prudent’ buat para startup pemula diluar sana, apalagi bangunan pondasi dari karakter mental mereka masih banyak yang lemah, mungkin hal ini terkait leadership, business system’ dan financial. (hd)