SIAPA yang tidak kenal dengan Mangku Made Kasta. Di kalangan eksekutif dan legeslatif namanya tak asing lagi begitu juga masyarakat Klungkung. Sebelum tenar sebagai calon wakil bupati, Mangku Kasta sudah dikenal dekat dengan masyarakat Klungkung. Mengingat, politisi Partai Gerindra ini, merupakan anggota DPRD Klungkung, periode 2009-2014. Sebelum menikmati kursi DPRD, yang kemudian mencalonkan diri menjadi wakil bupati, Mangku  Kasta mengaku sudah terbiasa hidup melarat. Sejak umur 6 tahun dia sudah ditinggal ayahnya untuk selamanya. Bersama ibu kandung lantas dia diajak ke Singaraja untuk berjualan palen palen. Di sana sempat menempuh Sekolah Dasar hingga kelas II yang kemudian kembali ke kampung halaman Desa Akah untuk upacara Ngaben. Begitu usai upacara ngaben hiduplah dirinya sebagai yatim piatu karena Ibunya kawin dengan laki laki sepupunya. Diapun diasuh oleh Kakek Nenek dan Bibinya hingga dapat menyelesaikan SMA.

Menamatkan Sekolah Menengan Atas ( SMA ) tidak segampang membalik telapak tangan. Menurutnya ketika duduk di kelas III itu dirinya sempat terkena penyakit mata hingga buta total tidak bisa melihat. Terkena penyakit buta dirinya sempat opname di RSU Ubung Denpasar yang seingatnya ditangani oleh Dokter Pantri. Saat dirawat dr Pantri itu menurutnya ada keanehan dimana tiba tiba ada telp dari seseorang yang tidak dikenal mengaku dari Jerman dengan mengatakan kalau dirinya disuruh pulang untuk pergi ke Pura Tangkas yang ada di timur rumahnya. Mendapat petunjuk itu dirinya langsung melakukan seperti apa yang disampaikan oleh orang yang mengaku dari Jerman itu. Dari sana dirinya kembali mendapat petunjuk untuk menaruh air dip elinggih ( Pura )  di mana air itu dipakai mencuci muka. Namun dari petunjuk itu ada syarat yang harus dipenuhi yaitu dirinya disuruh menjadi Mangku. Semua petunjuk sudah dilakukan dan dengan jangka waktu 1 bulan 7 hari mata dirinya kembali bisa melihat namun pawisik itu dilupakan.

Akibat lupa akan Pawisik dan janjinya itu dirinya kembali mendapat cobaan yaitu mengalami sakit kepala yang tiada tara. Menurutnya sakit karena lupa akan pawisik dialami hingga tiga kali yang pada akhirnya Pawisik itu diterimanya kembali untuk menjadi Jero Mangku ( Ngiring ). Namun sebelum janji itu dipenuhi dirinya sempat kuliah dan menikah dengan gadis asal Besan, Dawan Klungkung yang kemudian mempunyai putra pertama menjadi propesi sebagai Jero Mangku sampai sekarang.

Sementara itu menurut Mangku Kasta kalau waktu tamat SMA sempat menjadi kernet selama satu tahun yang mana sebagai sopir adalah tetangganya bernama I Wayan Pageh. Selain itu dia sempat kerja ke Bima mencari bibit bandeng, dan turut kerja jula beli mobil ke Jakarta. Karena rumah kosong yang pada akhirnya tahu 1985 dirinya berhenti melalang buana untuk menetap di Klungkung.

Menetap di kampung Akah, Mangku Kasta pada tahu 1992 mulai dipercaya oleh masyarakat setempat menjadi Kaur Keuangan Desa Akah, Tahun 1997 manjadi Petajuh, tahun 2001 jadi Bendesa dan merangkap menjadi Kepala Desa Akah pada tahun 2004.  Di tahun 2009 Mangku Kasta meniti karier Politik leewat Partai Gerindra yang langsung menjadi Anggota DPRD Klungkung. Namun menurut Mangku Kasta sebelumnya dirinya manjabat Majelis Madya Pekraman sebagai Bagapawongan yang sekaligus menjadi tim penilai Desa Adat dan pembina LPD Desa Adat sekabupaten Klungkung. Menurutnya masih banyak pula pengalaman pahit hidup ketika itu. “Kalau mengingat masa lalu. Saya merasa merasa hidup melarat. Sakit-sakitan. Ingat masa lalu, saya bisa menangis,” ujarnya.

Sudah tak terhitung, jumlah orang yang dibantu oleh Mangku Kasta ini. Tak hanya mengobati masyarakat Bali, mantan Ketua MMDP Klungkung ini, juga mengaku kerap membantu menyembuhkan masyarakat dari luar Bali, bahkan hingga ke luar negeri, seperti Jerman dan Australia. “Saya dikenal dari mulut ke mulut. Ngobatin orang itu bagian dari ngayah. Menjadi
pemangku juga ngayah. Dari sana, saya belajar pentingnya membantu sesama,” ungkap Mangku Kasta, saat ditemui di rumahnya di Desa Akah.

Disinggung terkait karirnya di dunia politik, suami dari Ni Putu Sri Sundari ini, mengaku sempat bergabung di Partai Kesatuan Republik Indonesia (PKRI). Hanya saja, lantaran tak lolos Pemilu 2004, dia pindah ke Partai Demokrat. Di partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono itu, Mangku Kasta merasa tidak ada kecocokan, dan akhirnya hengkang ke Partai Gerindra.

Jika terpilih menjadi wakil bupati, Mangku Kasta menegaskan bahwa hal itu merupakan bagian dari ngayah. Tak menjanjikan masyarakat, sesuatu yang mustahil bisa direalisasikan. Pengalaman menjadi pemangku, mengajarkannya untuk tidak berbohong, menjanjikan masyarakat yang tak mungkin bisa diwujudkan. “Pahitnya kehidupan sudah pernah saya rasakan, saya tidak berani hanya sekadar janji. Mangku tidak boleh membohongi masyarakat,” ujarnya.

Ketika dipercaya masyarakat Klungkung, menduduki posisi wakil bupati, Mangku Kasta mengaku akan berupaya membawa Klungkung ke arah yang lebih baik. Masyarakat Klungkung harus diupayakan lebih sejahtera. Pemimpin Klungkung harus tahu kondisi masyarakat sebenarnya. Tidak tepat, ketika menjadi pemimpin, hanya duduk di atas meja, menunggu laporan bawahan. Harus diakui, saat ini masih banyak pemimpin, yang menerima laporan, yang tak sesuai dengan keadaan di lapangan.
Ia katakan kalau banyak masyarakat Klungkung berada di bawah garis kemiskinan. Laporan ke pimpinan bersifat ABS (Asal Babak Senang).

“ Ketika terpilih, saya tidak mau hanya menerima laporan. Saya harus lihat sendiri kondisi masyarakat. Ya sejahtera saya lihat sejahtera, yang maskin harus saya lihat kondisinya,” janjinya.

Selain berkomitmen merealisasikan setumpuk program Suwasta, Mangku Kasta sudah mempunyai komitmen, bahwa ketika terpilih, Paket Suwasta akan secara rutin turun ke masyarakat. Bertemu dengan masyarakat, menyerap aspirasi masyarakat bawah. Hal itu, dijadwalkan setiap hari Jumat. “Pokoknya, salah satu dari kami ( Nyoman Suwirta – Made Kasta ) harus sempat turun ke masyarakat setiap Jumat. Itu sudah komitmen,” ujarnya tegas.

Saat menyerap aspirasi masyarakat itu, pihaknya berencana mengajak sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dengan salah satu cara itu, semua aspirasi masyarakat Klungkung, bisa diakomodir. “Hari Jumat kan kerja setengah hari. Akan lebih efektif dimanfaatkan untuk menyerap aspirasi,” ucapnya mengakhiri obrolan.

Oleh I Nyoman Susarjana