Tabanan (Metrobali.com)

Meningkatnya harga kopi Rubusta di pasar lokal, tidak serta merta membuat petani kopi di Tabanan tersenyum. Produksi kopi pada musim panen tahun 2011 ini menukik tajam hingga seperempat dari panen tahun lalu. Hal ini membuat petani kopi Robusta sangat terbebani dan terancam paceklik. Harga kopi Robusta bijian kering tahun lalu hanya 1,8 juta rupiah per kwintal,  tahun ini meningkat mencapai 2,2 juta rupiah per kwintal. Namun tidak dibarengi oleh jumlah panen kopi yang memadai.

Nyoman Sukarma, seorang petani kopi asal Desa Belatungan Kec. Pupuan Kab. Tabanan mengatakan,  pada panen tahun 2010 per dua hektar lahan bisa menghasilkan hingga 25 kwintal kopi bijian kering, tapi tahun ini menurun drastis hanya 7 kwintal saja. ‘’Hal ini tentu menjadi pukulan berat bagi petani kopi, “katanya.

“Siklus naik turunnya panen kopi Robusta di wilayah Pupuan sebenarnya biasa dalam periode dua tahunan. Namun panen tahun ini penurunannya sangat tajam. Hal ini diperkirakan sebagai dampak dari adanya perubahan iklim, “ujarnya.

Oleh karena terjadi penurunan panen, pihaknya minta kepada pemerintah untuk bisa menstabilkan harga. Jika hal ini dibiarkan secara terus menerud maka yang akan rugi petani itu sendiri. ”Kepada Pemkab Tabanan utamanya Bupati Tabanana dan anggota DPRD Tabanan yang membidangi sektor pertanian agar turun langsung ke lokasi.

Seperti diketahui Kec. Pupuan merupakan kawasan perkebunan kopi Robusta terbesar di Kab. Tabanan, dan menjadi tanaman produksi andalan para petani. (MN).