Foto: Anggota Komisi IV DPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) di sela-sela menyerahkan 1.300 paket ikan segar kepada masyarakat di Kabupaten Gianyar dan Bangli, Kamis (30/7/2020), bertempat di Subak Pulagan, Tampaksiring, Gianyar.

Gianyar (Metrobali.com)-

Subak Pulagan, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar menjadi pilot project atau percontohan digital farming atau pertanian digital yang dibina oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali.

“Kita pilot project digital farming disini. Kalau berhasil dilanjutkan di binaan di tempat binaan BI lainnya dan hasil pertanian lainnya seperti bawang putih, bawang merah, cabai,” ujar Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda, Kamis (30/7/2020).

Hal ini disampaikan saat hadir pada acara Anggota Komisi IV DPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) yang menyerahkan 1.300 paket ikan segar kepada masyarakat di Kabupaten Gianyar dan Bangli, Kamis (30/7/2020), bertempat di Subak Pulagan, Tampaksiring, Gianyar.

Pembagian paket ikan ini bagian dari progam Safari Gemar Makan Ikan (Gerakan Masyarakat Makan Ikan) “Makanan, Sehat, Kuat, Cerdas” dengan mengkampanyekan “Ayo Makan Ikan, Ayo Lawan Covid-19” yang digelar bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Subak Pulagan yang merupakan binaan BI sejak tahun 2015 akan dijadikan sebagai pilot project atau percontohan digital farming atau pertanian digital.

Lewat digital farming ini  akan diketahui berbagai data dan informasi terkait pertanian melalui handphone masing-masing petani.

“Sehingga akan diketahui kapan petani harus berikan pupuk, pestisida dan lainnya seperti informas kandungan tanah seperti PH tanah, hingga informasi arah angin,” ujar Rizki.

Anggota Komisi IV DPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) mendukung dan mengapresiasi Subak Pulagan dijadikan sebagai pilot project atau percontohan digital farming atau pertanian digital oleh BI.

“Terima kasih BI sudah buat terobosan luar bias lewat digital farming di Subak Pulagan. Ini sangat kekinian. Manfaatkan teknologi pantau pertanian dari gadget saja. Ini juga sejalan dengan kondisi pandemi, Covid-19,” kata Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali yang akrab disapa Gus Adhi ini.

Anggota Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, lingkungan hidup, kehutanan dan kelautan ini menilai digital farming ini memang menjadi kebutuhan dan tuntutan zaman saat ini.

Pola ini juga diharapkan bisa menggeliatkan pertanian di kalangan generasi muda. “Dengan
Digital farming kita dorong cetak petani keren melek teknologi dan sejahtera,” ujar Gus Adhi yang juga yang juga Ketua Depidar SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia) Provinsi Bali.

Politisi senior Golkar dari Kerobokan, Badung ini berharap percontohan digital farming ini bisa berhasil dengan baik sehingga bisa diperluas diterapkan dan dikembangkan di kelompok subak lainnya dan pada kelompok petani lainnya dengan berbagai komoditas pertanian.

“Subak Pulagan diberikan berkah luas biasa, dibantu BI jaga ketahanan pangan. Jadi harus dikerjakan dengan serius seusai moto BI yakni Seken-Seken, Saje-Saje, Beneh-Beneh,” tandas Gus Adhi.

Tentang Subak Pulagan

Sang Nyoman Astika selaku Pekaseh (Ketua) Subak Pulagan mengungkapkan luas lahan Subak Pulagan ini sekarang sekitar 90 hektar dengan anggota 240 orang petani. Padi yang berhasil diproduksi rata-rata 8 ton per hektar, panen terakhir  bahkan bisa mencapai 9,4 ton per hektar.

Subak Pulagan yang merupakan binaan ketahanan pangan Bank Indonesia (BI) mulai tahun 2015 ini juga menerapkan integrasi pertanian dengan keberadaan ternak sapi dimana pupuk dari kotoran ternak yang dihasilkan digunakan untuk pupuk sawah.

Subak ini juga sudah menerapkan hilirisasi pertanian dengan mempunyai alat penggiling gabah yang terkenal praktis yakni rice milling unit (RMU) .

Namun Subak Pulagan ini juga masih menghadapi berbagai kendala dan mengharapkan ada perhatian atau bantuan pemerintah.

Diharapkan ada bantuan perbaikan akses jalan untuk mempermudah mengangkut hasil panen. “Irigasi sampai ke hilir juga banyak yang bocor. Kami harapkan ini ada perhatian pemerintah,” kata Sang Nyoman Astika.

Pulagan berasal dari dasar kata “Pulaga” yang berarti utama, yang disimbulkan dengan Pulu, yaitu tempat beras. Subak pulagan berdiri sekitar tahun 1500 Masehi, yang dulunya disebut Subak Tampaksiring yang berada di bawah kendali kerajaan Tampaksiring.

Dalam perjalanannya Subak Pulagan tidak terlepas dari pola budidaya organik dengan tatanan upacara subak melalui 11 tahapan sesuai kearifan lokal mengacu kepada konsep Tri Hita Karana.

Beras, Keong dan Belut Pulagan merupakan salah satu keistimewaan Subak Pulagan sebagai syarat wajib untuk upacara keagamaan yang dilaksanakan di Seluruh Bali.

Wilayah subak pulagan terdapat 3 pura peninggalan sejarah, yaitu Pura Bedugul yang berada di hulu, Pura Pulagan yang terletak di tengah, Pura Dalem Tambug yang yang berada di hilir dan juga terdapat Lingga Yoni dan arca yang berjumlah 18 di wilayah Pura Pulagan yang merupakan peninggalan purbakala serta telah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia. (dan)