Keterangan foto: Anggota DPR/MPR RI I Gusti Agung Putri Astrid kembali melakukan sosialisasi 4 pilar kebangsaan di lingkungan kampus, kali ini di Universitas Ngurah Rai, Denpasar/MB

Denpasar, (Metrobali.com) –

Anggota DPR/MPR RI I Gusti Agung Putri Astrid kembali melakukan sosialisasi 4 pilar kebangsaan di lingkungan kampus, kali ini di Universitas Ngurah Rai, Denpasar. Dalam kesempatan itu, dia menegaskan perlunya anak-anak muda terjun ke dunia politik.

“Karena melalui politiklah disusun berbagai kebijakan yang mengatur masyarakat dan disinilah pertarungan ideologi terjadi,” tegasnya, Rabu (27/3). “Saya berharap dari kampus akan lahir politisi yang idealis dan sekaligus tahan banting. Jadi jangan hanya mengkritisi tapi harus mempersiapkan diri juga,” tegasnya.

Mengenai adanya, politisi termasuk anggota DPR yang terjerat kasus korupsi, menurut Gung Tri, hal itu memang memperburuk citra secara kelembagaan. Tetapi dia mengingatkan bahwa masih lebih banyak anggota DPR yang benar-benar bekerja keras untuk meyerap aspirasi rakyat dan memperjuangkannya di tingkat pusat.

Selain penyerapan aspirasi, tugas penting anggota DPR lainnya adalah memastikan Ideologi Pancasila akan tetap menjadi dasar negara dan 4 pilar kebangsaan tetap ditegakkan. Harus diakui, kata Gung Tri, saat ini berkembang tren radikalisasi agama sehingga penafsiran Pancasila ingin dilepaskan dari UUD 1945, konsep NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Disinilah kita harus siap dengan pertarungan ideologi seraya menjaga taksu Bali sebagai bagian dari Kebhinekaan bangsa,” tegasnya.

Dalam sesi tanya jawab muncul pertanyaan mengenai keinginan menerapkan wisata syariah di Bali. Menurut Gung Tri, hal itu merupakan contoh lemahnya pemahaman terhadap keberagaman bangsa. “Sewaktu saya dilobi untuk ikut mendukung, saya bilang, tanpa label halal, raja Arab Saudi saja mau datang ke Bali,” tegasnya.

Sementara itu Rektor Universitas Ngurah Rai Rektor Universitas Ngurah Rai, Dr. Drs. Nyoman Sura Adi Tenaya, M.Si menyatakan, sosialisasi 4 pilar kebangsaan itu merupakan hal yang sangat penting melaihat kondisi bangsa yang sepertinya akan terpecah ini. “Ada kekuatan lain yang menganggap Pancasila itu bukan dari Tuhan sehingga bisa diganti,” katanya.

Kekuatan ini harus dihadapi dengan pemahaman yang benar mengenai Pancasila sebagai dirumuskan oleh Bung Karno sebagai pendiri bangsa.

Editor: Hana Sutiawati