Denpasar (Metrobali.com) –

 

Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) yang Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengingatkan semua pihak untuk tidak memberikan ruang tumbuhnya ujaran kebencian atau ‘hate speech’, hoax hingga bulluying karena itu mengancam persatuan, kesatuan dan persaudaraan bangsa.

Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) yang juga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengingatkan semua pihak agar tidak memberikan ruang tumbuhnya ujaran kebencian atau hate speech, hoax hingga bullying karena akan mengancam persatuan, kesatuan dan persaudaraan bangsa.

Hal tersebut dikemukakan oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa menegaskan itu saat menutup Konferensi Wilayah Muslimat NU di Hotel Grand Santhi Denpasar, Minggu (5/6/2022) malam.

Menurut dia, sesungguhnya jika semua mau melihat keberagaman sebagai potensi efektif bangsa, maka keberagaman itu akan bisa mendorong bagaimana bangsa ini semakin maju dan produktif.

“Tetapi kalau 714 suku di Indonesia, tidak dikonsolidasikan, tidak dibangun partnership, tidak dibangun kohesivitas, maka yang muncul, meskipun itu kecil, perbedaan,” katanya dalam acara dihadiri anggota DPD RI Dapil Bali Bambang Santoso, Ketua PWNU Bali KH Abdul Aziz, Ketua MUI Bali Mahrusun Hadiono, Ketua PW Muslimat NU Anik Haniah, ulama sepuh pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Huffadz Tabanan KH Nurhadi dan Kadis Sosial Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra, pejabat tokoh masyarakat lainnya.

Ia melanjutkan, bagaimana bangsa ini, bisa melihat perbedaaan sebagai rahmat. Untuk itu, keberagaman harus dikonsolidiasikan dan pada posisi itulah bertemu transformasi digital yang luar biasa pesatnya.

Pihaknya prihatin dengan kondisi yang terjadi saat ini, bagaimana beberapa elemen masyarakat dengan seenaknya melakukan bullying terhadap orang, kelompok atau masyarakat lainnya. Bagaimana di era digitalisasi ini, ada elemen-elemen masyarakat yang menebar kebencian hingga membuat berita tidak benar atau hoax.

“Kalau ini, tidak dilakukan penetrasi, maka bisa menggangggu persaudaraan, persatuan dan kesatuan di negeri ini,” tegasnya lagi.

Perempuan kelahiran 19 Mei 1965 ini, memberikan contoh, kasus Afghanistan bisa menjadi pembelajaran bagi semua.

Bagaimana ketika terjadi dialog antara Presiden Afghanistan Asraf Ghani dengan Presien Joko Widodo, sebelum jatuh ke Taliban.

“Dialog antara Presiden Jokowi dan Presiden Afghanistan Asraf Ghani itu, sangat berharga bagi kita semua,” tuturnya.

Bagaimana Afghanistan yang terdiri dari tujuh suku, kalau kemudian terjadi perbedaan pendapat itu bisa meruncing yang akhirnya melahirkan koflik yang berkepannjangan.

Mantan Menteri Sosial itu mengajak untuk mengambil referensi dari kebaikan yang sudah dibangun selama ini.

Jangan berikan ruang kepada mereka yang melakukan ujaran kebencian, bulliying dan membuat berita bohong.

“Sekarang ini, pada titik yang sama, sudah akan bisa terdesiminasi secara massif, ini tugas kita semua, teman-teman wartawan, kita semua punya kewajiban yang sama, memberikan informasi, berita yang benar, itu yang saya underline (garisbawahi),” tandasnya.

Ketua PW Muslimat NU, Dra. Hj. Anik Haniah menyampaikan bahwa Konferensi Wilayah VI Muslimat NU Provinsi Bali mengambil tema “Meningkatkan Khidmat Muslimat NU Provinsi Bali dalam Misi Kemanusiaan dan Kemandirian Perempuan”

“Artinya Muslimat NU ingin menegaskan peran strategisnya dalam berbagai misi kemanusiaan, tanggap bencana serta menjadi perempuan yang memiliki kapasitas selain takdirnya sebagai seorang Ibu namun dapat juga menyokong suami dalam membangun ekonomi keluarga,” terangnya.

Pihaknya juga concern membantu pemerintah dalam mengentaskan resiko stunting terhadap anak-anak di Bali.

Seperti diketahui bahwa nak-anak stunting berisiko lebih tinggi mengidap penyakit degeneratif, seperti kanker, diabetes, dan obesitas. Hal ini disebabkan karena kebutuhan zat gizi mikro dan makro dalam tubuh tidak terpenuhi secara maksimal.

 

Pewarta : Hidayat