Soekarwo

Lumajang (Metrobali.com)-

Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengapreasiasi harmonisasi yang terus diciptakan oleh umat Hindu, yakni menata hubungan yang baik antara manusia, alam, dan Tuhan.

“Menciptakan harmonisasi ini adalah cara membangun kehidupan yang damai di masyarakat dan merupakan nilai luhur yang dibangun agar manusia terus hidup berdampingan secara damai,” kata Soekarwo saat menghadiri upacara Tawur Labuh Gentuh, Panca Wali Krama, dan Pengusaban di Pura Mandhara Giri Semeru Agung di Desa Senduro, Kabupaten Lumajang, Minggu (6/7).

Gubernur Jatim yang akrab disapa Pakde Karwo mengenakan udeng (topi khas Bali) berwarna putih, baju batik coklat, dan kain khas Bali untuk bawahan, kemudian menyapa umat Hindu dan melihat secara langsung Upacara Tawur Labuh Gentuh Panca Wali Krama dan Pengusaban tersebut.

Ia mengatakan umat Hindu memiliki filosofi yang baik dalam menjaga keseimbangan hidup dan nilai-nilai yang mengedepankan keserasian hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama umat manusia, dan juga antara manusia dengan lingkungannya.

Hubungan yang harmonis dapat membawa kebahagiaan, kedamaian, keamanan, dan kenyamanan dalam kehidupan ini dengan salah satunya melalui Upacara Tawur Labuh Gentuh, Panca Wali Krama, dan Pengusaban.

“Upacara ini substansinya membangun harmonisasi hubungan antara manusia dengan Tuhan, antara sesama umat manusia, dan juga antara manusia dengan lingkungannya,” paparnya.

Menurut dia, harmonisasi juga merupakan hal yang penting bagi pemprov dan masyarakat Jatim, mengingat diselenggarakannya Pemilihan Umum Presiden pada Rabu (9/7).

“Menjelang Pilpres, situasi yang harmonis, damai, aman, dan nyaman menjadi faktor penting. Upacara ini menjadi momentum bagi umat Hindu untuk menjaga keharmonisan menjelang Pilpres. Terima kasih kepada umat Hindu yang terus menjaga keharmonisan ini,” tuturnya.

Sementara Ketua Panitia Karya Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati menjelaskan, Upacara Tawur Labuh Gentuh, Panca Walikrama dan Pengusaban merupakan agenda 10 tahun sekali yang dibimbing dan dipimpin oleh 13 pendeta Hindu, diikuti sekitar lebih dari 6.000 umat Hindu dengan mengenakan pakaian adat lengkap.

Upacara suci persembahan tersebut bertujuan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan bagi alam semesta beserta isinya.

“Konsepnya harmonisasi antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, serta manusia dengan lingkungan alam,” katanya.

Selain Upacara Tawur Labuh Gentuh Panca Wali Krama dan Pengusaban, ada juga upacara yang diadakan setiap 5 tahun sekali dalam skala yang lebih kecil yakni Tawur Pedanan. Sedangkan untuk upacara yang dilakukan setiap tahun dinamakan Caru Rsi Gana.

Hadir dalam upacara tersebut Direktur Urusan Agama Hindu Kemenag RI, Wakil Bupati Lumajang, Sekjen PHDI Pusat, Wanita Hindu Dharma Pusat, Ketua PHDI Jatim, Wanita Hindu Dharma Jatim, Bupati Klungkung, Bupati Karangasem, Wabup Karangasem, Sekkab Lumajang, Sekretaris Kota Denpasar, Ketua PHDI Bali, Wanita Hindu Dharma Bali, Kakanwil Kemenag Bali. AN-MB