Gianyar (Antara Bali) – Bupati Gianyar Cokorda Oka AA Sukawati menyatakan berbahagia karena Hari Perdamaian Dunia 2011 bisa diselenggarakan di daerahnya, dengan harapan pesan-pesan perdamaian yang disuarakan dari wilayah Bali tersebut bisa menyebar ke seluruh dunia.

Gianyar merupakan daerah yang damai dan memiliki sejarah panjang perdamaian, kata bupati yang biasa disapa Cok Ace itu pada Pesta Musik Rakyat memperingati Hari Perdamaian Dunia 2011 di Balai Budaya Kabupaten Gianyar, Rabu (21/9) malam, yang digelar hingga Kamis dini hari.
“Dulu beberapa abad silam, leluhur orang-orang Jawa dari Dieng yang hidup di Gianyar memiliki berbagai sekte, mereka saling bermusuhan. Namun dengan munculnya Trimurti mereka bisa disatukan dan hidup rukun dan damai hingga sekarang. Jadi mengapa jika seribu tahun silam bisa rukun, sekarang tidak,” katanya.
Ia juga menyambut baik jika Monumen Gong Perdamaian Dunia (MGPD) yang semula akan dibangun di Taman Shanti Buana, Desa Budaya, Kertalangu, Denpasar Timur namun dibatalkan, bisa dibangun di Gianyar.
Peringatan yang dihadiri lebih dari seribu warga Bali itu menggelar berbagai hiburan musik dan tari dipimpin Ketua Yayasan Garuda Nusantara Ully Sigar Rusady, hingga deklarasi perdamaian antarumat beragama dan ditutup renungan suci ditandai pemukulan Gong Perdamaian Dunia oleh Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) Gatot Brajamusti.
Gong Perdamaian Dunia (GDP) berasal dari Desa Plajan, Kecamatan Pakisaji, Jepara. GDP dibunyikan pertama kali di Bali pada 31 Desember 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri saat mencanangkan tahun 2003 sebagai Tahun Perdamaian Indonesia.
Kemudian kedua kali oleh Sekjen PBB di Geneva Swiss (Eropa) tanggal 5 Februari 2003. Selanjutnya dibawa keliling dunia untuk menyampaikan perdamaian dan hingga kini, ujar Gatot, gong berusia 463 tahun tersebut sudah dibawa keliling ke 46 negara.
Penyelenggara dari Garuda Nusantara Paramitha Rusady yang hadir bersama suaminya Nenad Bago, juga menyatakan bahwa gong tersebut juga pernah dibawa ke Kroasia, negara tempat kelahiran Nenad.Sedangkan Uli Sigar mengaku senang peringatan hari perdamaian tetap bisa dilaksanakan pada 21 September meski terkesan seperti terburu-buru, karena kalau sampai mundur maka momentumnya akan hilang.(*)