PB3AS MINGGU 17 MEI 2015 DI LAPANGAN RENON DENPASAR

Denpasar (Metrobali.com)-

Berbagai program pembangunan yang dilaksanakan selama ini dinilai lebih fokus pada fisik dan cenderung mengabaikan pembangunan mental spiritual. Hal ini memicu munculnya berbagai penyakit sosial seperti penyalahgunaan narkoba, meningkatnya kasus HIV/AIDS dan persoalan sosial lainnya yang makin kompleks. Untuk itu, Bali diminta menggagas konsep pembangunan jiwa agar persoalan tersebut tak menjadi ancaman yang makin serius. Harapan itu disampaikan Wayan Wisnaya, seorang warga Buleleng saat berbicara di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu (17/5).

Lebih jauh Wisnaya berpendapat, pesatnya pembangunan Bali yang bertumpu pada sektor pariwisata ibarat sebilah pisau bermata dua. Satu sisi mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat, namun rentan memicu dampak negatif. Dampak negatif tersebut, tambah Wisnaya, dapat ditangkal dengan pembangunan mental dan kejiwaan. “Kalau jiwa kita tak pernah diasah, itu sama halnya dengan senjata karatan dan menimbulkan berbagai penyakit sosial,” ujarnya berdiplomasi. Karenanya, dia sangat berharap pemerintah daerah dapat mewujudkan konsep pembangunan yang seimbang.

Masih terkait dengan pembangunan mental spiritual, Dada Wibhakaranda dari Perguruan Ananda Marga Yoga mengkampanyekan yoga untuk kesehatan yang lebih baik. Menurutnya, yoga yang dilaksanakan secara rutin dan teratur sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga rohani. Kata dia, yoga dapat membersihkan cakra dalam tubuh manusia. Selain rutin memberi pelatihan yoga dan meditasi, perguruan ini juga aktif dalam kegiatan kemanusiaan seperti menggalang bantuan bagi korban gempa Nepal.

Hal lain yang mengemuka pada PB3AS minggu ini adalah penataan arus lalu lintas di seputaran kawasan taman pancing Denpasar. Dede, seorang warga yang mengaku telah delapan kali bicara di PB3AS sangat mengharap langkah proaktif dari pihak Dinas Perhubungan Kota Denpasar agar krodit di kawasan tersebut dapat teratasi. Harapan senada juga disampaikan Putu Widiana. Harapan dari dua pembicara ini langsung mendapat tanggapan dari Kadis Perhubungan Kota Denpasar Gede Astika. Pihaknya telah melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi kemacetan pada jalur tersebut, antara lain dengan melakukan penutupan pada jam-jam padat. Masukan dari masyarakat itu akan menjadi atensi Pemkot Denpasar guna memberi kenyamanan bagi pengguna jalan.

Wenten Ariawan yang tampil sebagai pembicara selanjutnya memberi apresiasi atas gagasan Pemprov Bali menggelar PB3AS. Dia berharap, podium ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh masyarakat untuk menyampaikan berbagai persoalan hingga kritik yang membangun. Hanya saja, Wenten tak menginginkan media ini digunakan untuk menghujat pihak-pihak tertentu. Dalam kesempatan itu, dia juga mengapresiasi kegigihan Pemprov Bali dalam memperjuangkan berbagai proyek infrastruktur agar mendapat alokasi pendanaan dari pemerintah pusat. Selanjutnya tampil Ketua Perhimpunan Donor Darah Provinsi Bali Tjok Gede Agung Adnyana. Pria 68 tahun ini menggugah minat masyarakat untuk menyumbangkan darah melalui kegiatan donor. Selain sangat bermanfaat bagi sesama yang membutuhkan, donor darah yang dilakukan secara rutin juga sangat bermanfaat bagi kesehatan. “Mari jadikan kegiatan donor darah sebagai bagian dari gaya hidup sehat,” ujar pria yang telah melakukan donor darah hingga 183 kali ini.

Sejumlah pimpinan SKPD Provinsi Bali juga berbicara menanggapi aspirasi yang disampaikan peserta PB3AS pada minggu sebelumnya. Kepala Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Perhubungan, Informasi, dan Komunikasi Provinsi Bali I Nengah Dawan Arya menerangkan progres pembangunan dermaga penyeberangan Sanur-Nusa Penida. Rencananya, dermaga akan dibangun di Kawasan Pantai Matahari Terbit, Sanur dengan memanfaatkan tanah timbul seluas 60 are. Sejumlah tahapan mulai dari studi kelayakan hingga penyusunan Rencana Induk Pelabuhan telah dilakukan untuk mewujudkan rencana ini. Alotnya rencana pembangunan ini disebabkan status tanah negara yang sebelumnya dikelola desa adat setempat. Saat ini, menurut keterangan Kadis Perhubungan Kota Denpasar Gede Astika, persoalan aset sudah terselesaikan dengan adanya proses serah terima dari desa adat ke Pemkot Denpasar. Menurut Astika, Pemkot Denpasar berkomitmen dapat segera mewujudkan dermaga ini. Sementara itu, Kepala BPMPD Provinsi Bali Ketut Lihadnyana memanfaatkan PB3AS untuk mengajak masyarakat agar berperan aktif dalam menyukseskan pemuktahiran Basis Data Terpadu (BDT) yang saat ini tengah dilaksanakan BPS. Menurutnya BDT akan menjadi dasar bagi pemerintah dalam melaksanakan program yang terkait dengan pengentasan kemiskinan. Dengan mengacu pada BDT tersebut, berbagai program pengentasan kemiskinan diharapkan lebih tepat sasaran. AD-MB