Jembrana (Metrobali.com)-

Diduga karena tak mendapat tanda tangan, satu warga Banjar Mekar Sari Desa Perancak bentrok dengan Kepala  Desa. Debat antara Kelapa Desa I Ketut Suastika Yasa dan I Ketut Nyari  ini terjadi Selasa (25/9) sekitar pukul 12.00 siang di Kantor Desa Perancak.

Ketut Nyari yang juga diketahui sebagai Ketua kelompok Nelayan Mertha Nadi di  Banjar Mekar Sari mendatangi kantor Kepala Desa, bermaksud meminta tanda tangan kepada Kepala Desa akan proposal yang dibawanya, mengenai pencairan dana untuk kelompok nelayan tersebut. Namun sayang permintaan Nyari ditolak lantaran ada kekurangan dan bahkan dikatakan surat tersebut bodong dan tidak jelas padahal pihak Kepala Desa juga yang sebelumnya menandatangani surat tersebut sebagai pengesahan proposal pada 11 Oktober 2011 lalu.

Pada saat itu, Nyari yang sempat memohon jika kekurangan dalam melengkapi proposal tersebut bisa diperbaiki dan diberitahukan agian mana yang salah dan kurang. Namun pihak Kepala Desa tetap tidak mau menandatangani bahkan dikatakan Nyari  langsung diusir oleh beberapa orang. Dan,  bahkan kedua tangan Nyari di pegang keduanya bermaksud agar tidak berontak dan bikin masalah. Bahkan pihak Kepala Desa sempat menantang Nyari dengan mengatakan, ”Mau apa?,” dengan nada yang keras.

Setelah sempat mereda,datang empat orang  ker umah Nyari dengan menantang agar keluar rumah dan mengatakan kalau Nyari sudah melukai tangan Kepala Desa merasa tidak melakukan hal yang dimaksudkan Nyari membantah.”Saya tidak tahu kalau tangannya terluka gores, saya tidak punya kuku panjang dan saya juga tidak ada melakukan hal yang membuat orang tersakiti, bisa saja dia gores tangannya sendiri”jelas Nyari.

Disisi lain Kepala Desa ketika ditemui di rumahnya tak jauh dari rumah Ketut Nyari ini mengungkapkan kronologis kejadian yang berbeda, kalau Nyari yang datang sekitar pukul 11.30 wita bermaksud meminta tanda tangan itu datang nyelonong begitu saja disaat kepala desa sedang menandatangani surat yang masih ada di meja kerjanya dan tidak melalui laporan ke petugas utama bermaksud ketemu dengan siapa. Namun pihaknya membenarkan kalu dirinya tidak menandatangi proposal tersebut namun bukan karena tidak mau, tapi karena saya ingin verifikasi kebenaran dari angota-angota yang sudah tercatat.

”Apa benar mereka semua adalah anggota dan suatu saat nanti jika sudah berjalan tidak terjadi masalah. ”Saya bukan tidak mau tanda tangan, tapi saya tunda karena saya ingin verivikasi itu dulu kebenaran anggotanya itu. Kkarena setahu saya ketua kelompok nelayan Mertha Nadi bukan Nelayan. Jadi kalau saya dibilang tidak mau tanda tangan itu salah,”jelas Suastika.

Terkait luka ditangannya akibat goresan kuku dari Pak Nyari, itu dibenarkannya. Sebelumnya saat Nyari mau pulang dirinya bermaksud itikad baik menjulurkan tangannya untuk salaman. Namun apa yang terjadi Nyari yang ada menerkam tangannya hingga terluka namun saya tidak melawan dan tidak terpancing karena dirinya juga menduga adanya indikasi jelang pemilihan pada Mei mendatang.

”Saya juga merasa dilecehkan karena posisi saya lagi bekerja dan sedang berada di kantor dengan menggunakan pakaian dinas. Saya sudah bermaksud baik kalau mau bersalaman tapi tangannya saya malah diterkam sampai luka,” ungkapnya.

Dikatakan Suastika, dulu sebelum ia menjabat sebagai Kepala Desa. I Ketut Nyari sebelumnya sudah pernah membuat kasus yang sama dengan Kepala Desa yang lebih dulu. Ketika disinggung jika ada itikat baik dari Nyari untuk minta maaf, pihaknya akan menerima dengan lapang dada. Dan sebagai Kepala Desa, pihaknya tidak mau melebarkan masalah tersebut jika ada itikat baik dari Pak Nyari mau
meminta maaf atas perbuatan itu. Dan, mengenai luka ditangan, Suastika akan melakaukan visum segera guna menyelesaikan kasus ini.  DEW-MB