Gianyar  (Metrobali.com)-

Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi membuat generasi muda semakin jauh dari tradisi, salah satunya adalah kesenian wayang.

Panitia Pengarah “Festival Wayang Internasional 2013” Agustinus Prayitno kepada media di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Senin (23/9), mengatakan keberadaan media bagi wayang tradisional saat ini terdesak media modern yang mengandalkan kecanggihan teknologi dan konten yang dinilai lebih “modern”.

“Padahal dalam pergelaran wayang tradisional, banyak informasi dan pesan kepada masyarakat yang dituangkan dalam bentuk pesan moral dalam falsafah kehidupan,” kata Prayitno.

Pesan moral dan falsafah kehidupan dalam kesenian wayang disebut Prayitno masih sangat relevan dengan kehidupan zaman modern ini sehingga ia menilai sangat penting bagi informasi itu untuk tetap disampaikan ke masyarakat.

Namun perkembangan teknologi yang pesat dan era globalisasi membuat generasi muda semakin jauh dari nilai-nilai tradisi termasuk kesenian wayang sehingga Prayitno berharap agar wayang mendapatkan perhatian dan pelestarian.

“Kesenian tradisional wayang ini harus dilestarikan. Di Indonesia sejak dulu pertunjukan wayang kulit maupun wayang orang menjadi inspirasi dalam kehidupan masyarakat pendukungnya,” kata Prayitno yang merupakan pemilik Rumah Topeng dan Wayang Setiadarma Gianyar.

Salah satu upaya untuk melestarikan kesenian wayang itu adalah dengan menggelar Festival Wayang Internasional yang diselenggarakan selama enam hari hingga Jumat (27/9) dan diikuti 10 negara diantaranya Iran, Malaysia, Jepang, Amerika Serikat, Filipina dan Indonesia selaku tuan rumah.

Festival tersebut menggelar lokakarya dan dilanjutkan pementasan wayang tiap harinya dan seluruh pertunjukan akan dibuka untuk umum.

Sementara itu, Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr Nyoman Sedana mengatakan dalam upaya melestarikan kebudayaan wayang, di ISI Denpasar saat ini pihaknya membuka jurusan pedalangan.

“Jadi di jurusan ini para mahasiswa akan diberikan materi kuliah sejarah wayang di dunia termasuk juga teori-teori pentasan hingga sampai pergelaran,” kata Sedana.

Sedana mengatakan pementasan wayang, khususnya di Bali sampai saat ini merupakan bagian dari kegiatan ritual yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan.

“Memang dalam pementasan kepada masyarakat saat ini bisa dikatakan jarang. Tetapi kalau ada kegiatan ritual keagamaan, pementasan wayang menjadi satu kesatuan pelengkap prosesi ritual tersebut,” kata Sedana.

Sedana berharap jurusan pedalangan di ISI Denpasar mampu untuk melestarikan kesenian wayang dan untuk tahap awal disebutnya sambutan masyarakat cukup menggembirakan yang terbukti dari banyaknya peminat untuk kuliah di jurusan tersebut.

“Peminat jurusan pedalangan cukup banyak. Tidak saja dari mahasiswa lokal, tetapi ada juga dari luar negeri yang ingin menekuni seni pedalangan,” ucap Sedana.

Komisaris Independen BCA Cyrillus Harinowo sebagai pihak sponsor mengatakan melalui kegiatan tersebut maka para seniman dan cendekiawan dari berbagai negara berkesempatan untuk berinteraksi, belajar dan berbagi pengalaman tentang dunia seni, khususnya kesenian wayang.

“Wayang merupakan tokoh kuat yang mencerminkan solidaritas, sifat rohani, dan bersahabat dengan alam. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tokoh wayang beragam,” kata Cyrillus.

Cyrillus mengatakan pihaknya berkomitmen mendukung acara tersebut sebagai upaya melestarikan kebudayaan yang terpinggirkan oleh kemajuan zaman.

“Dukungan kami terhadap perkembangan budaya Indonesia khususnya wayang akan terus kami lakukan. Ini merupakan bagian dari kegiatan sosial Bakti BCA dalam bidang budaya,” kata Cyrillus. AN-MB