Foto: Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali bersama Rotary Club of Bali Bersinar dan berbagai pihak serta bersama anak-anak SLB Negeri 2 Denpasar kompak mengkampanyekan Kebaya Goes To UNESCO bertepatan dengan puncak peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia pada Rabu 17 Agustus 2022.

Denpasar (Metrobali.com)-

Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali bersama Rotary Club of Bali Bersinar kembali melakukan kegiatan mendukung kampanye Kebaya Goes To UNESCO. Salah satu pakaian khas Indonesia ini akan didaftarkan ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.

Aksi mendukung kampanye Kebaya Goes To UNESCO bertajuk “Empowering Girls “Diversity, Equity, Inclusion (DEI)”: “77 Kebaya Merah Putih dalam Bahasa Isyarat” ini digelar bertepatan dengan puncak peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia pada Rabu 17 Agustus 2022.

Kegiatan ini melibatkan juga anak-anak berkebutuhan khusus dari Sekolah Tuna Rungu Sushrusa di Jalan Mahendradatta, Denpasar Barat dan SLB Negeri 2 Denpasar di Desa Sidakarya, Denpasar Selatan. Dimana para anak-anak atau siswa perempuan kompak mengenakan kebaya dan tampak terlihat sangat cantik serta penuh keceriaan. Mereka terlihat sangat senang dan antusias mengikuti kegiatan ini.

Aksi ini juga serangkaian memperingati HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia dengan melibatkan sinergi berbagai pihak seperti dari Corti Foundation, Sekolah Tuna Rungu Sushrusa, SLB Negeri 2 Denpasar, Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Pang Pade Payu Provinsi Bali, Perempuan Indonesia Maju Provinsi Bali, GTS Institute Bali, Komunitas Anak Bangsa, dan Denpasar The Heart of Bali.

Aksi mulai ini sebagai bentuk support moral dan aksi nyata agar kebaya bisa diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda sehingga kebaya yang merupakan bagian jati diri perempuan Indonesia semakin diakui dunia serta menjadi kebanggaan dari Indonesia.

Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali Dr. AA Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H., mengungkapkan melalui kampanye Kebaya Goes To UNESCO bertajuk “Empowering Girls “Diversity, Equity, Inclusion (DEI)”: 77 Kebaya Merah Putih dalam Bahasa Isyarat ini pihaknya ingin bahwa keberagaman, kesetaraan dan inklusi menjadi penguatan dari Bali untuk Indonesia dan dari Indonesia untuk UNESCO dalam membawa Kebaya Goes To UNESCO.

“Spirit dan pesannya kebaya itu bisa dipakai oleh siapapun, tidak membedakan kelas. Tapi ketika perempuan memakai kebaya secara tidak langsung dia akan menguatkan jati dirinya di tengah-tengah masyarakat. Lalu keberagaman akan menjadi suatu keindahan dan kebaya itu menjadi kebanggaan milik Indonesia,” ungkap Tini Gorda yang juga President Rotary Club of Bali Bersinar ini.

Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali terus melakukan aksi Kampanye Kebaya Goes To UNESCO di Pulau Dewata sebagai bagian kegiatan Kampanye Kebaya Goes To UNESCO secara nasional yang berlangsung dari 9 Agustus 2022 hingga 9 Desember 2022. Hal itu juga terkait dengan seberapa sering dan seberapa banyak kebaya dipakai oleh perempuan Indonesia tanpa mengenal perbedaan kelas. Termasuk secara inklusif, kebaya ini sudah bisa digunakan oleh mereka yang berkebutuhan khusus.

“Jadi mereka yang berkebutuhan khusus yang merupakan orang hebat yang diciptakan oleh Tuhan juga bisa memberikan penguatan bagi perempuan berkebaya Indonesia untuk bisa mengusulkan bahwa kebaya ini merupakan warisan budaya tanpa kelas, tapi meninggikan perempuan itu menjadi perempuan berkelas,” pungkas Tini Gorda.

Ketua Kegiatan Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali Ir. IGA Agung Mirah Maheswari menambahkan pihaknya ingin secara inklusif dan menekankan kesetaraan sosial serta menghargai keberagaman dengan mengajak semua elemen masyarakat mendukung Kampanye Kebaya Goes To UNESCO khsususnya juga kalangan generasi muda. Pihaknya ingin membangun rasa bangga dan cinta generasi muda memakai kebaya karena kebaya itu adalah salah satu warisan budaya Nusantara yang adiluhung.

Oleh karena itu pihaknya berharap generasi penerus bangsa, anak-anak muda secara inklusif termasuk yang berkebutuhan khusus bergandengan tangan secara bersama-sama melestarikan budaya Nusantara ini. “Jadi kebaya ini agar dipakai dalam keseharian oleh para generasi muda sebagai bagian jati diri pemuda Pancasila dan pelajar Pancasila,” ungkapnya.

Wakil Kepala Sekolah SLB Negeri 2 Denpasar Luh Made Suriwati, S.Si.,M.Si.,M.Pd., menyambut baik kegiatan  Kampanye Kebaya Goes To UNESCO yang digaungkan Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali ini bersama sejumlah pihak. “Hal ini juga sejalan dengan upaya penguatan karakter siswa yang diberikan di sekolah kami bahwa warisan budaya seperti kebaya sangat penting untuk dilestarikan dan itu merupakan suatu keunikan yang dimiliki Indonesia,” ujarnya.

Pihaknya mengakui dalam acara kali ini anak-anak sangat antusias apalagi mengenakan kebaya, dimana mereka merasa cantik, merasa dirinya sebagai orang Bali, orang Indonesia. Mereka juga mendukung penuh Kampanye Kebaya Goes To UNESCO.

Namira, salah satu anak berkebutuhan khusus siswa dari SLB Negeri 2 Denpasar, mengatakan, dirinya merasa senang saat memakai kebaya. Ia juga mengaku merasa cantik saat berkebaya. Ia juga mengajak anak-anak perempuan sebayanya ikut memakai dan melestarikan kebaya.

Kepala Sekolah Tuna Rungu Sushrusa Ni Made Raka Witari, S.H., mengatakan pihaknya mengaku senang bisa terlibat dalam aksi Kampanye Kebaya Goes To UNESCO dan bisa lebih mengenalkan kebaya kepada para siswa. “Kami di sekolah terus mendorong anak-anak untuk mencintai dan melestarikan kebaya,” tuturnya.

Di sisi lain di sela-sela aksi Kampanye Kebaya Goes To UNESCO, diperkenalkan pula produk UMKM berupa minuman alpukat hasil karya UMKM binaan Rotary Club of Bali Bersinar melalui program House of UMKM Bali Bersinar. Minuman ini juga dibagikan secara gratis kepada para peserta aksi. (dan)