Anggota ST Giri Mustika Wedhi selepas parum param

Badung (Metrobali.com)-

Generasi muda di Desa Kutuh, Kuta Selatan, Minggu (29/8) kemarin mendiskusikan polemik reklamasi Teluk Benoa. Acara diskusi atau Parum Param ini diinisiasi oleh ST. Giri Mustika Werdhi, Banjar Pantigiri, Kutuh sebagai salah satu rangkaian HUT-nya yang ke-18 tahun. Parum Param diikuti oleh perwakilan masing-masing sekaa teruna dari empat banjar yang ada di Desa Kutuh.

Berdasarkan pandangan umum masing-masing perwakilan sekaa teruna, hasil diskusi menyimpulkan dengan tegas menolak reklamasi Teluk Benoa. Rencana reklamasi Teluk Benoa menunjukkan model pembangunan yang jauh dari konsep awal pariwisata Bali yang mengedepankan alam dan budaya. Terlebih lagi pembangunan hanya dipusatkan di Bali selatan sehingga pemerataan pembangunan tidak terjadi.

Perwakilan sekaa teruna se-Desa Adat Kutuh dalam kegiatan Parum Param dengan tegas menyatakan menolak reklamasi Teluk Benoa

Widyartha Suryawan, ketua ST. Giri Mustika Werdhi mengatakan, reklamasi Teluk Benoa tidak selaras dengan kearifan manusia Bali yang sejak lahir sampai mati selalu berhubungan dengan air. Menurutnya, leluhur orang Bali dan kebudayaannya menjadikan alam sebagai sumber inspirasi sehingga keseimbangannya selalu dijaga.

“Bila tatanan alam berubah, laut diurug, ini akan berdampak pada penghayatan spiritualitas manusia Bali,” ujarnya.

parum param

Dalam diskusi tersebut, mengemuka beberapa pandangan terkait polemik reklamasi Teluk Benoa. Alit Suarnata selaku perwakilan ST. Yowana Dharma Santhi sekaligus seorang pelaku pariwisata, menceritakan pengalamannya berinteraksi dengan para wisatawan. Wisatawan umumnya ingin menikmati Bali tempo dulu yang alam dan budayanya begitu kental. Sedangkan perwakilan ST. Yowana Santhi, Neza Kurniawan dan ST. Giri Kusuma, I Putu Juniarta memandang bahwa pemodal tidak boleh seenaknya, justru orang Bali harus menjadi tuan rumah di tanahnya sendiri.

Hasil kegiatan Parum Param tersebut nantinya akan disampaikan kepada Bendesa dan Perbekel Desa Kutuh sebagai aspirasi dari generasi muda Kutuh.

“Kami berharap setelah Parum Param ini generasi muda mau berbicara dan kita menunggu sikap tegas para pemimpin kita di desa terkait reklamasi Teluk Benoa,” ujar Juliana Adi Putra selaku ketua panitia acara. RED-MB