Denpasar (Metrobali.com)-

Kejutan terjadi dalam acara nonton bareng film “Rectoverso” di Bali Galeria, Sabtu (23/2). Istri Wakil Gubernur Bali Bintang Puspayoga tiba-tiba muncul diantara penonton bersama serombongan ibu-ibu yang lain.

Kehadirannya spontan disambut oleh artis cantik Marcella Zalianty yang menjadi salah-satu produser dan sutradara film itu. “Terima kasih ibu, sudah menyempatkan diri untuk menonton,” kata Marcella akrab.  Marcella kemudian memberika kenang-kenangan berupa Tshirt bertuliskan “Rectoverso”.

Film itu sendiri diangkat dari karya novel Dewi “Dee” Lestari dengan judul yang sama.  Namun film digarap dalam bentuk “Omnibus” dengan menggabungkan 5 cerita dengan judul yang berbeda. Yakni, “Malaikat Juga Tahu” yang disutradarai oleh Marcela Zalianty, “Curhat buat Sahabat” yang disutradarai Olga Lidya, “Firasat” oleh Rachel Maryam ,  “Hanya Isyarat oleh Happy Salma, dan “Cicak di Dinding” oleh Chaty Sharon.

Usai menonton acara itu, Bintang menyebut, kehadirannya untuk ikut mendukung film Indonesia sebagai bagian industri kreatif.  “Melalui film, kita bisa belajar mengenai kehidupan dan karakter seseorang,” ujarnya. Ia pun bangga, karena film ini melibatkan 5 perempuan dalam posisi sebagai sutradara.

Acara nonton bareng digelar oleh  Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) secara nasional . Khusus untuk film “Rectoverso” digelar di 40 kota di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menggairahkan industry film Indonesia agar menjadi tuan ruamh di negeri sendiri.

Sementara itu, Marcella menjelaskan, proses kreatif memproduksi film ini butuh waktu kurang-lebih satu tahun. “Bagi kami menjadi sutradara dan produser adalah hal yang baru karena  biasanya hanya berakting saja,” ujarnya. Bagi dia, posisi itu merupakan suatu tantangan untuk mengembangkan bakatnya.

Sutradara lainnya Happy Salma menyatakan, acara nonton bareng itu merupakan suatu terobosan kreatif agar film Indonesia lebih eksis lagi. Apalagi film ini menawarkan hal yang baru dan berbeda dengan jenis film nasional selama ini. “Biasanya khan cenderung horor dan mistik. Sekarang kita mengangkat reallitas  sosial,” ujarnya. Dia optimis, pada saatnya nanti, film akan menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat sebagai sarana hiburan sekaligus referensi bagi pengembangan dirinya. BOB-MB