Denpasar (Metrobali.com)-

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Djoko Santoso mengatakan, untuk pengenalan standardisasi kini telah diterapkan di universitas sebagai pilot percontohan.

“Untuk perkenalan standardisasi tersebut kami telah menunjuk dua universitas sebagai pilot percontohan yaitu di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Teknologi Bandung (ITB),” katanya di Kuta, Bali, Kamis 10 Mei 2012.

Di sela-sela kegiatan “The ICES Conference and WSC Academic Day 2012” ia mengatakan, penerapan mata kuliah dikaitkan pada mata kuliah lain, seperti di industri manajemen. “Selanjutnya untuk memperdalam mata kuliah standarisasi mereka bisa melanjutkan jenjang pascasarjana (S-2),” katanya.

Ke depannya pihaknya mengharapkan semua perguruan tinggi akan mengkaitkan mata kuliah mengenai standarditasi tersebut. Karena syarat standar tersebut menjadi acuan penting dalam produksi barang.

“Artinya kalau sudah menerapkan standardisasi, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), dimana pun memproduksi akan sama. Seperti produk alat-alat elektronik telepon seluler. Karena yang distandarditasi adalah alat produksinya, sehingga hasilnya pun pasti standar,” katanya.
Menurut Djoko Santoso, peran dari perguruan tinggi atau universitas untuk menyediakan tenaga-tenaga ahli dalam bidang standarditasi cukup besar. “Tentu perusahaan sangat memerlukan ahli-ahli standarditasi tersebut dalam memajukan usahanya. Oleh karena itu universitas diharapkan untuk membuka peluang mata kuliah ini sebagai mata kuliah tersendiri,” ucapnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Udayana Prof Dr Made Bakta menyampaikan bahwa Universitas Udayana menyadari pentingnya standar dalam dunia industri dan pendidikan. Oleh karena itu, kata dia, Universitas Udayana siap untuk bekerja sama dengan Badan Standarditasi Nasional (BSN) dalam pengembangan standardisasi di Bali pada khususnya. “Kami siap untuk bekerja sama dengan BSN dalam penerapan standarditasi tersebut dalam meningkatkan mutu pendidikan,” katanya. BOB-MB